Selasa, 16 Desember 2008

Resume II

Dengan berkembangnya konsep-konsep manajemen, belakangan ini perusahaan moderen telah mampu menetapkan secara spesifik kemana perusahaanya akan dibawa, titik ini disebut corporate goals,dua macam corporate goals, yakni:• Official Goals(mission)Yaitu maksud perusahaan didirikanMission disebut official goals karena isinya terlampau umum dan sangat idealis.• Operative GoalsMerupakan penjabaran yang lebih realistis atas operasi perusahaan. Biasanya bersifat jangka pendekSyarat sebuah objectiveUntuk memperolah pegangan yang memadai, objective PR hendaknya memenuhi syarat-syarat berikut :1. Harus dinyatakan secara tertulis2. Harus dinyatakan secara jelas dan singkat3. Harus spesifik pada batasan tertentu4. Harus mencakup batasan waktuyang spesifik5. Objectifve harus dapat dinyatakan dalam ukuran yamng terukur6. Objective PR harus konsisten dengan objective perusahaan secara menyeluruh7. Objective harus dapat dijangkau, tetapi tetap memberi tempat yang menantang untuk merangsang usaha.Dasar penentuan Objective : Riset Bagaimanapun juga, untuk dapat menentukan objective pada bagiannya, orang –orang PR perlu bersandar pada data riset.sesuai dengan aturan atau syarat yang ditetapkan , objektvef harus dapat dinyatakan secara spesifik.Dalam perumusan objective, penting bagi orang-orang PR untuk mem_PR_kan gagasannya kepada tokoh kunci di dalam perusahaan. Hal yang paling penting adalah memperoleh dukungan dari pimpinan puncak dan bila perlu pemegang saham.Dibeberapa kegiatan PR sangat mulia dan berkaitan erat dengan masalah strategi, dikatakan bahwa PR mempunyai misi yang mulia karena PR dapat dipakai untuk utjuan komersil dan nonkomersil.melihat perananny ayang mulia dan unik tidak jarang PR memerlukan bobot etika yang tingkatannya sangat tinggi, yakni: rapat pemegang saham.

resume1

StakeholderStakeholder adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun di lur perusahaan yang mempunyai peran dalam menetukan keberhasilan perusahaan.Tugas PR dalam hal ini adalah membina hubunagna baik denagna phak-pihak tersebut melalui suatu proses komunikasi.Secara umum, stakeholder dapat dikelompkkan menjadi dua bagian, yakni stake holder internal dan stakeholder eksternal.Sering timbul kesalahpahaman pada masyarakat awam bahwa ruang lingkup pekerjaan PR terbatas pada stakeholder eksternal. Anggapan ini tidak benar, karena PR bertugas membina hubungan yang serasi dan saling percaya, baik dengan pihak-pihak di luar perusahaan, maupun didalam perusahaan.Interest dan kepentingan masing-masing stakeholderStakeholder internalunsur-unsur pemegang stakeholder internal adalah pemegang saham, Manajer dan top executives, karyawan,dan keluarga karyawan.Dalam manajemen moder,n, keberhasilan perusahaan untuk memperoleh kepuasan stakeholder dapat dijadikan indicator keberhasilan perusahaan.Dikebanyaka perusahaan, kedudukan PR dewasa ini dirangkap oleh seorang corporate secretary.hal ini tidak lain karena kedekatan posisi seorang corporate secretarydengan pimpinan puncak.Stakeholder eksternalStakeholder eksternal adalah unsure-unsur yang berada di luar kendali perusahaan (uncontrollable)Beberapa unsur pada stakeholder eksternal yang dianggap penting adlahKonsumen,bank,pemerintah, pesaing dan komunitas.Unsur-unsur dalam lingkungan eksternal cenderung lebih kompleks dan lebih sukar dikendalikan perusahaan. Semakin kompleks unsure tersebut semakin besar kemungkinan perusahaan menciptakan departemen baru.maka lahir beberapa istilah-istilah Government PR, Community Relations,IndustrialRelations, Financial relationsPress relations dan sebagainya.merka adlah orang-orang ynag specialis dibidang PR yang membatasi diri pada stakeholder tertentu.
Keuangan Kejagung Harus Diaudit
Senin, 23 Juni 2008 15:55 10 views Posted in Berita Aktual

Plusberita News - Yogyakarta, Perbaikan kinerja kejaksaan Agung tidak cukup dilakukan dengan memeriksa sejumlah Jaksa Agung Muda (JAM). Pengelolaan finansial lembaga hukum tersebut juga harus diaudit dengan seksama.
Hal tersebut diungkapkan pakar hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Denny Indrayana saat berbicara adlam dikusi bertajuk Selamatkan Indonesia di Gedung Univercity Club (UC) UGM, di Bulaksumur, Yogyakarta, Senin (23/6/2008).
“Perlu dilakukan audit institusional di Kejaksaan Agung. Dilacak satu per satu kasus yang pernah mereka tangani,” kata Denny.
Denny menilai audit tersebut sangat penting. Sebab sesuai hasil survei Transparancy Internasional 2007, lembaga kepolisian dan peradilan merupakan lembaga terkorup di Indonesia.“Itu pedomannya sehingga perlu dilakukan audit institusional,” katanya.
Dalam kesempatan itu Denny juga mengkritik KPK. Menurutnya KPK hanya berani mengungkap kasus-kasus kecil, seperti sidak ke Bea Cukai dan penyuapan anggota DPR. Namun KPK tidak berani mengungkap kasus biaya perkara di Mahkamah Agung (MA).
“Jika di tempat lain KPK berani melabrak langsung tanpa ada pemberitahuan. Namun di MA malah seolah mewanti-wanti, besok atau minggu depan kita ke MA. Ini seolah MA sudah diberitahu terlebih dahulu, jadi akan menghilangkan berkas-berkasnya,” ujar Denny.

contoh iklan intitusional advertising

Sudah bertahun tahun saya bekerja di perusahaan ini, mungkin baru sekarang saya melihat ada suatu upaya besar untuk mentransformasikan Pertamina dari suatu perusahaan BUMN yang semula jago kandang menjadi entitas bisniskelas dunia. Tentu hal ini patut kita dukung semua. Tokh, kita juga tidak ingin Pertamina menjadi kerdil hanya karena kehadiran pemain-pemain asing yang semakin banyak masuk ke Indonesia.Hobi saya menonton teve dan baca koran, karena itu saya ingin sedikit mengemukakan pikiran saya tentang Pertamina dari apa yang saya lihat di layar kaca dan halaman media cetak.Saya senang saja melihat Pertamina sudah rajin memasang iklan, bahkan di salah satu stasiun teve, iklan Fastron nongkrong setiap saat. Tetapi kemudian setelah melihat iklaniklan Pertamina yang lain, saya berpikir bahwa tampaknya iklan-iklan tersebut berjalan sendiri-sendiri. Artinya, iklan yang satu tidak saling melengkapi atau menunjang iklan yang lain.Secara pribadi saya awam dengan dunia komunikasi dan advertising, tetapi saya yakin dalam beriklan, ada dua yang ingin kita tampilkan, pertama, perusahaannya. kedua, produk-produknya. Ketika mengiklankan perusahaan, yang harus ditampilkan adalah seperti apa image atau citra yang ingin kita bentuk di masyarakat. Karena itu tayangan visualnya juga haruslah mengesankan. Mungkin kita bisa ambil contoh iklan-iklan yang mengesankan, seperti dahulu iklan (maaf, menyebutkan nama perusahaan lain tetapi bukan perusahaan minyak lho...) IBM dengan latar belakang lagu yang popular, atau iklan Marlboro dengan suasana country dan koboinya. Bisa juga benchmark dengan iklaniklan korporat dari perusahaan penerbangan atau bank. Melihat iklan itu, atau mendengar jingle-nya saja, orang sudah dapatmengasosiasikan dengan nama perusahaan tertentu. Hal ini belum saya dapatkan dari iklan-iklan Pertamina di layar kaca. Apalagi di media cetak.Kadang, iklan-iklan itu tampil dengan slogan Always There, lain waktu dengan slogan Selalu Hadir Melayani. Saya heran, kenapa harus ada dua ‘slogan', kenapa tidak satu saja seperti (terpaksa harus menyebut nama perusahaan lagi) Telkom dengan Committed to Younya, atau mungkin dengan BCA yang gencar dengan Welcome to BCA-nya.Yang juga saya anggap kurang pas adalah ketika saya melihat iklan-iklan produk. Iklan-iklan produk selalu mencantumkan nama fungsi yang membuatnya, seperti Pertamina Pelumas, Pertamina Aviasi, Pertamina Non-BBM, dll. Disertai alamat kontak mereka.Hal ini tidak pernah saya jumpai dalam iklaniklan perusahaan lain ketika menampilkan produknya. Misalnya saja ketika Unilever memasang iklan shampo, sabun, pasta gigi mereka cukup menampilkan satu nama perusahaan. Yakni Unilever. Tidak ada embel-embel Unilever Divisi Shampoo, Unilever bagian sabun atau yang lain. Atau ketika sebutlah pesaing kita Shell menampilkan iklan produk mereka seperti Helix, dia juga tak perlu menyebutkan bahwa iklan itu dibuat Shell Divisi Pelumas.Bagi saya lagi-lagi sebagai orang awam, dalam setiap menonton/membaca iklan produk rasanya masyarakat konsumen cukup perlu tahu produk yang diiklankan itu buatan perusahaan mana. Masyarakat tidak merasa perlu tahu iklan itu buatan Divisi atau Fungsi atau departemen apa dari perusahaan itu.Kalau saya boleh sebut ‘egoisme' fungsi itu, sebagai penonton kita malah melihat ada ketidakkonsistensian di dalamnya. Seolah-olah, masing-masing fungsi ingin menonjolkan kinerjanya. Yang ujungujungnya kita sebagaipenikmat tayangan iklan jadi terganggu. Sebab, terlalu banyak pesan yang ingin disampaikan. Pertanyaannya sekarangadalah, apakah iklan-iklan yang mengusung "egoisme" kefungsian itu efektif? Wallahualam, saya agak meragukan.Saya hanya berharap agar iklan-iklan Pertamina, baik di layar kaca maupun di media cetak, terintegrasi. Apapun iklannya, antara nama besar Pertamina dan nama produk harus saling mendukung. Iklan perusahaan harus menjadikanproduk kita bertambah nilai jualnya. Demikian juga dengan iklan produk yang harus membawa nama perusahaan sehingga makin dikenal dan akrab olah masyarakat. Yang ujung-ujungnya apalagi kalau bukan produk Pertamina terdongkrak penjualannya dan nama Pertamina keseluruhan (terlepas dari produk jualan Aviasi, Pelumas, Retail, atau yang lainnya) menjadi makin akrab dan dipercaya oleh masyarakat.

contoh iklan advertising Pr II

Sebelum adanya teknologi, PR berbasis pada tulisan tangan melalui media cetak. Dengan adanya teknologi, kegiatan PR dapat dilakukan dengan lebih mudah. Tugas PR ialah menjaga media relation dengan public dan stakeholder. Pada dasarnya tujuan dari PR ialah untuk berkomunikasi, melalui teknologi, dunia global seperti disatukan satu dengan yang lainnya. Sehingga, komunikasi yang disampaikan menjadi jauh lebih mudah dan luas, mencakup wilayah global dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu teknologi merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan PR. global seperti disatukan satu dengan yang lainnya.
Dengan teknologi, PR dapat dilakukan melalui : Video Confrence, Video News Release, Web Casting, Personal Computer, Online Monitoring, The Email Revolution, Interactive PR.
Kesenjangan teknologi dengan kondisi perkembangan PR di Indonesia:
Video Conference: didistribusikan melalui satelit yang merupakan alat penting bagi PR. dengan teknologi ini PR professional dapat bekerja walaupun dalam jarak yang jauh. Di Indonesia, VC sudah banyak digunakan, tetapi belum dapat mencakup seluruh daerah di Indonesia, karena signal satelit yang dipancarkan kurang begitu baik. Contoh: praktisi PR dapat berkomunikasi dengan para stakeholder nya tidak harus bertemu secara langsung, juga ditempat dan waktu yang berbeda.
Video News Releases: VNR sejajar dengan media cetak namun dapat didengar dan dilihat bukan sekedar dibaca. Walaupun biayanya mahal, free publicity yang didapatkan dengan VNR. Durasinya biasanya 90 detik hingga 2 menit. Di Indonesia belum terlalu umum digunakan, dan apabila digunakan belum bisa mencakup daerah terpencil.
Web Casting: Tipe broadcasting yang terdiri atas video dan audio di internet, biasanya digunakan untuk live press conference. Jadi dalam kasus ini reporter atau produser dapat menontonnya langsung melalui desktop.Di Indonesia, teknologi ini sudah umum digunakan terutama di daerah kota besar.
Personal Computer:Sekarang semua firma PR mempunyai personal komputer untuk menyimpan online data base. Di Indonesia, perkembangan firma PR sudah sangat pesat. PR bukan hanya sekedar pembicara tetapi sebagai investasi perusahaan, kerena itu penyimpanan data base di personal komputer sangat penting.
Online Monitoring: Teknologi ini membantu mereka bagaimana perkembangan media, pesaing, dan customer. Otomatis teknologi ini sangat dibutuhkan oleh setiap praktisi PR termasuk di Indonesia.
The E-mail Revolution:Teknologi ini sangat berperan di Indonesia. Bagi praktisi PR, E-mail merupakan metode dasar untuk berkomunikasi dengan pihak lain.
Interactive PR: Ini merupakan interactive news release yang lebih specific dengan menggunakan password yang dilindungi untuk menjaga kerahasiaan data perusahaan. Setiap praktisi PR professional umumnya menggunakan teknologi ini termasuk di Indonesia.
Paduan yang pas antar iklan dan teknologi
Pada intinya advertising adalah suatu bentuk komunikasi yang ditujukan pada pemirsa berpotensial mengenai produk dan jasa yang akan dipasarkan. Target pemirsa advertising tentunya adlaah masyarakat dalam jumlah besar. Maka itu advertising membutuhkan media yang dapat mencakup masyarakat besar pula agar komunikasinya dapat tersampaikan. Media media tersebut adlah media massa yang terdiri dari Televisi, radio, Majalah, koran Internet, dll. Kesemua media tersebut pastinya tidak terlepas dari teknologi. Teknologi jelas sangat besar perannya dalam penyampaian pesan. Dengan teknologi pesan dapat disampaikan kepada msayrakat luas hanya dengan sekejap. Dalam advertising pun speperti itu. Perkembagan advertising juga tidak terlepas dari teknologi.
Misalnya jaman dulu iklan mungkin hanyalah sampai teknologi cetak saja, namun berjalan seiring dengan perkembangan teknologi sperti Tv, radio, internet. Maka advertising juga merambah media berteknologi mutakhir ini. Hal ini dimaksudkan agar penyampaiannya lebnih mudah dan dampak yang terjadi sesuai dengan dampak yang diharapkan.
Contoh langsung adalah ‘online advertising’. Online advertising adalah iklan yang muncul di website-website tertentu. Misalnya pada situs www.yahoo.com atau www.detik.com. Ini adalah situs yang umum dikunjungi oleh masyarakat. Dengan advertiser merambah teknologi ini, maka otomatis penyampaian pesan kepada orang banyak juga bisa tercapai. Apalagi sekarang ini internet tengah digemari oleh orang banyak. Fakta mengatakan 52% wanita, informasi dari internet memabntu mereka untuk mendapat hidup yang lebih sehat dan satu dari empat wanita mengungkapkan bahwa mereka dapat menimprovisasikan penampilan mereka info-info kecantikan melalui internet. Ini adalah pasar yang sangat berpotensi bagi pengiklan kosmetik misalnya.dampak yang dihasilkan pasti sangat signifikan karena advertiser membidik target yang tepat melauli media yang tepat pula.
Contoh lainnya adalah pada teknologi ‘Database marketing’. Teknoligi memungkinkan advertiser untuk menyimpan informasi pribadi si konsumen agar mereka dapat mengirimkan pesan langsung secara pribadi. Contohnya ucapan selamat ulang tahun sekaligus megiklankan launching produk baru. Ini sangat membantu dalam penyampaian pesan dan dampaknya agar tercapai sesuai harapan.
Di Indonesia sendiri advertising sudah cukup maju dan semakin kreatif, namun masih ada beberapa teknologi yang belum bisa dijangkau oleh Indonesia. Contohnya Interactive TV dimana advertiser menggunakan media ini untuk mengiklankan produknya, dan penonton juga bisa mengakses email, browsing. Smeuanya ini bisa dilakukan sambil menonton TV.
Teknologi yang belum ada juga adalah talking billboard. Teknologi ini adalah billboard interaktif yang bisa berbicara dan berganti gambar sesuai dengan siapa yang berdiri didepannya. Selain itu dibuku ini jgua ada lembaga seperti (ACT) Action for Children. Ini adalah lembaga yang mengajarkan anak-anak dalam menganalisa iklan, dan juga melindungi anak-anak dari iklan yang tidak tepat.

Iklan yang berteknologi tinggi:
- Billboard A-Mild di Senayan pada bulan puasa,Billboard ini sangat menarik perhatian masyarakat, karena penyampaiannya yang berbeda pada siang dan malam hari. Pada siang hari, gambar yang ditampilkan hanya berupa mangkok kosong, tetapi disaat menjelang malam mangkok itu berubah menjadi terisi beraneka ragam makanan.
- Billboard TV plasma LG di mal senayan city.Iklan ini terdapat di tempat pengecekan mobil mal senayan city, jadi billboard ini bergerak turun dan naik seiring dengan pemeriksaan mobil.

- Billboard di Time Square, New York.Iklan gedung-gedung di New York, sudah sangat berkembang pesat dengan tampilan billboard yang bergerak mengikuti gedung itu. - Sliding Billboard yang berganti dalam kurun waktu tertentu.
- LCD plasma TV di jalan-jalan utama ibukota, contoh : di depan bundaran HI.- Iklan 3 dimensi di Plaza Senayan.

contoh iklan advertising Pr I


Ambient Advertising dan Fenomena Modernitas Dunia Barat
Oleh: Bambang Sukma Wijaya
Philip Kotler (2000: 3) mengatakan bahwa dunia pemasaran hanya dapat berkembang di negara-negara yang menganut sistem demokrasi dan ekonomi terbuka. Hal ini dikarenakan pasar yang ada di negara-negara tersebut membuka peluang kompetisi yang lebih kondusif. Sedangkan kompetisi pasar merupakan stimulus utama berkembangnya strategi-strategi dan kreativitas baru yang dibutuhkan dalam dunia pemasaran. Tak heran, perkembangan pesat dunia pemasaran atau marketing kebanyakan terjadi di negara-negara maju (Barat) yang telah lama menjalankan sistem demokrasi dan ekonomi pasar bebas, seperti negara Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa barat. Banyak merek-merek produk ternama lahir dari negara-negara tersebut seperti Nike, McDonalds, Mercedes Benz, VW, Nokia, dan lain-lain.
Merek-merek global tersebut tidak dibangun dalam sekejap, namun melalui suatu perjalanan panjang dengan strategi komunikasi pemasaran yang terarah. Salah satu bentuk komunikasi pemasaran paling populer adalah iklan. Tak dapat dipungkiri, bahwa periklanan dengan segala kreativitasnya yang menarik dan terkadang kontroversial telah memberi kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi global. Iklan dapat memacu penjualan produk. Iklan dapat menstimulasi lesunya pasar. Iklan dapat mendongkrak image produk. Iklan dapat menciptakan gaya hidup baru. Bahkan iklan pun acap dituding sebagai agen propaganda konsumerisme. Sementara konsumerisme merupakan anak kandung dari kapitalisme yang lahir dari rahim modernitas Eropa dan dunia Barat.
Kapitalisme, sebagaimana teori sistem dunia Immanuel Wallerstein (1974) muncul sebagai sistem ekonomi dominan sejak awal abad ke-16 yang disebut Wallerstein sebagai tahap “ekonomi dunia”. Peran negara (pemerintah) sebagai badan pengatur dan kordinator aktivitas ekonomi mulai merosot dan digantikan oleh pasar.
Pada tahap ini, sistem kapitalis menunjukkan potensi ekspansi yang sangat besar. Dinamika internal untuk bergerak sendiri dan kemampuan menjaga agar suplai barang tetap melimpah menyebabkan sistem ini sangat menarik bagi segmen terbesar penduduk (Sztompka, 2007: 107).
Sistem ini pun mengendalikan kekuasaan politik dan militer sehingga memungkinkan untuk meluaskan kekuasaannya. Pembangunan transportasi, teknologi militer dan komunikasi mempercepat perkembangan sistem kapitalis ke seluruh dunia. Dampaknya pun terasa dengan lahirnya strata dan ketimpangan masyarakat dunia. Masyarakat dunia teriris menjadi tiga strata: inti, menengah atau semi pinggiran dan pinggiran. Sebutan populer untuk stratifikasi ini biasa disebut Dunia Pertama, Dunia Kedua dan Dunia Ketiga.
Sebagaimana telah dipaparkan di atas, kapitalisme berasal dari inti atau Dunia Pertama, yakni masyarakat Eropa barat, kemudian meluas ke semi pinggiran dan pinggiran. Masyarakat di negara pinggiran seperti Indonesia dan beberapa negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin terpaksa memasuki sistem masyarakat dunia yang didominasi oleh inti (Dunia Pertama) namun mereka masih tetap berada di pinggiran sistem, setidaknya dipandang dari sudut distribusi kekuasaan dan keuntungan ekonomi dunia (Chirot, 1977).
Selain mendorong pertumbuhan ekonomi, kapitalisme juga mendorong persaingan bebas di pasar sehingga untuk dapat menang di pasar, sebuah merek produk harus mengerahkan segala daya kreatif dan strategi pemasaran yang cerdik. Konsumen tidak lagi dihadapkan pada satu atau dua merek produk, tetapi ribuan merek yang berlomba merebut perhatian mereka. Itulah mengapa, di era pasar moderen yang hiper kompetitif terutama di negara-negara maju seperti Eropa, para pemasar maupun praktisi komunikasi pemasaran pun berlomba menciptakan cara-cara baru dalam mengomunikasikan merek produk agar konsumen tertarik. Perkembangan kreativitas iklan, selain memberi kontribusi ekonomis yang luar biasa bagi perkembangan media-media konvensional seperti televisi, radio, suratkabar dan majalah, juga membuka kemungkinan eksplorasi penggunaan media-media baru dan alternatif, seperti ambient media atau ambient advertising.
Sebagaimana diketahui, ambient advertising dikembangkan pertama kali di London, Inggris oleh sebuah biro iklan bernama Concord Advertising. Di tengah fenomena modernitas masyarakat Eropa yang ditandai berkembangnya teknologi-teknologi baru, gaya hidup moderen yang membuat masyarakat terjebak dalam rutinitas ketergesaan, ketidakpedulian (individualis), serta kian padatnya pesan-pesan produk di hampir setiap sudut tempat, ambient advertising hadir untuk menyita perhatian masyarakat di tempat-tempat yang tak terduga, tanpa “memaksa” mereka menyediakan waktu khusus untuk menikmati media sebagaimana terhadap media-media konvensional seperti televisi dan lain-lain.
Beberapa alasan yang melatarbelakangi perkembangan ambient advertising adalah:
- Seebagai bentuk penolakan terhadap dominasi kekuasaan media tradisional (konvensional)
- Kebutuhan untuk melakukan komunikasi di tempat penjualan (point-of-sales)
- Kemampuannya menjangkau target khalayak secara tepat (http://wikipedia.org)
Tak heran, ambient advertising menjadi “mainan baru” para praktisi komunikasi pemasaran dan kreatif periklanan. Salah satu contoh iklan ambient media atau ambient advertising adalah iklan sebuah produk mie spaghetti di Jerman yang menyimulasikan mie dengan tali tambang berwarna kuning yang sepintas mirip mie spaghetti yang sebenarnya.
Pada dinding sebuah kapal yang sedang berlabuh di pelabuhan Hamburg, Jerman ditempeli stiker gambar wajah dengan ekspresi nikmat. Stiker tersebut dipasang sedemikian rupa dengan mulut gambar berada tepat di lubang saluran tali. Sehingga ketika tali ditarik dari dalam kapal, gambar seolah-olah sedang menghirup tali dengan nikmat, seperti nikmatnya mengonsumsi mie spaghetti Mondo Pasta, merek produk tersebut.

Gambar 1. Iklan ambient media di pelabuhan Hamburg, Jerman yang menyimulasikan kelezatan mie spaghetti merek Mondo Pasta (Sumber: www.ambient-planet.com)
Sementara di Indonesia, pada tahun 2006 sebuah contoh iklan layanan masyarakat ambient advertising bertema “helping hands” menampilkan tangan-tangan anak-anak yang mengambang di kolam bundaran HI Jakarta, seolah meminta pertolongan. Iklan tersebut disampaikan oleh lembaga pencari donor untuk anak-anak korban bencana tsunami Aceh. Tentu saja pesan yang ingin disampaikan untuk menggugah pengunjung yang melewati jalan di bundaran HI agar menyisihkan sebagian miliknya untuk membantu para korban dengan menyajikan pengalaman bagaimana rasanya melihat langsung anak-anak yang menjadi korban tsunami. Efek yang ditampilkan pasti berbeda jika pesan disampaikan melalui iklan di media konvensional seperti televisi dan suratkabar, yang mana khalayak hanya membayangkan keadaan para korban di tempat aslinya yang jauh. Iklan yang dibuat oleh biro iklan JWT ini berhasil memperoleh penghargaan di ajang lomba periklanan internasional.

Gambar 2. Iklan ambient media di kolam bundaran HI Jakarta dari lembaga pencari donor bagi anak-anak korban tsunami Aceh (Sumber: dok. JWT Indonesia)
Ambient advertising memang memiliki kekuatan menarik perhatian khalayak di sekitarnya dan cenderung lebih mudah menciptakan kepercayaan karena khalayak langsung “mengalami” isi pesan yang disampaikan. Julie Aveyard, Advertising Campaigns Manager perusahaan telekomunikasi BT Cellnet memaparkan pengalamannya di Majalah Marketing (2001) Inggris bahwa, “The essence of ambient advertising is about taking people by surprise and making our communication more relevant and credible.” (Terjemahan: kekuatan ambient advertising adalah memberi kejutan bagi orang-orang dan menjadikan komunikasi kami lebih relevan dan kredibel).
Sedangkan Richard Wier, Direktur HiTech Solutions menggambarkan ambient advertising sebagai medium yang tidak sekompleks media konvensional, namun lebih terjamin untuk dilihat pesannya oleh konsumen. Mike Baker, direktur pemasaran TDI London menyebut ambient advertising sebagai taktik yang tidak membutuhkan investasi besar-besaran namun memberikan dampak lebih diingat dan relevan (Marketing, London: 1997).
Keunikan dan keistimewaan ambient advertising tidak hanya pada eksekusi kreatifnya yang mampu menarik perhatian, sifat komunikasinya yang menyinergikan penyampaian pesan dengan pembuktian pesan sehingga khalayak dapat ‘mengalami’ atau merasakan langsung pesannya, tetapi juga mampu memberikan efek word of mouth dan publisitas yang luas karena menjadi bahan pembicaraan khalayak. Itulah mengapa, Alastair Ray dari Majalah Marketing London menyebut: “Ambient advertising used to be more PR than advertising, with firms striving to be the first brand to advertise in urinals and wheat fields in a bid to generate press coverage worth more than the campaign itself” (Terjemahan: ambient advertising kadang lebih cenderung menjalankan fungsi PR daripada periklanan, dengan menjadi merek pertama yang ditemukan secara unik di suatu tempat yang tidak biasa, maka akan mengundang liputan pers sehingga memberi efek lebih dari sekadar tujuan kampanyenya itu sendiri) (Marketing, London: 2001).
Fenomena ambient advertising yang awalnya muncul dan berkembang di Eropa sebagai konsekuensi logis perkembangan gaya hidup moderen di bawah payung kapitalisme, juga merambah periklanan negara-negara Dunia Ketiga atau pinggiran seperti Indonesia. Selain contoh iklan “helping hands” yang dibuat JWT di atas, cukup banyak iklan-iklan ambient lain yang dibuat oleh tenaga kreatif periklanan Indonesia. Hal ini semakin menegaskan tentang salah satu asumsi dalam teori modernisasi bahwa “masyarakat yang kurang maju harus mengikuti jalan yang sudah ditempuh oleh masyarakat yang lebih maju, mengikuti langkah yang sama, atau berdiri di tangga lebih rendah di eskalator yang sama”.
Apa yang menjadi tren di negara Barat, menjadi tren pula di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

contoh iklan corporate advertising II



Setelah krisis moneter 1997 dan bersamaan dengan proses reformasi negeri kita yang berjalan selama sepuluh tahun (1998-2007), beberapa tahun terakhir ini kita menyaksikan pergeseran warna promosi yang digelar para pemasar. Gaya promosi simpatik yang mengundang konsumen untuk terlibat dalam program kepedulian mulai diminati produsen, walau pun gebyar promosi dengan jor-joran hadiah masih sering bermunculan.
Promosi peduli semacam itu tampaknya menjadi pola baru. Produsen bukan saja berusaha menggaet pembeli, tapi sekaligus menanamkan citra dirinya sebagai perusahaan yang peduli terhadap problema di tengah-tengah masyarakat. Jadi promosi itu menjadi sarana kehumasan (public relations/PR) yang ampuh untuk merebut simpati di hati publik.
Salah satu program promosi simpatik yang bukan sekadar jualan, tapi turut berperan membantu mengatasi masalah sosial di negeri kita adalah Lifebuoy Berbagi Sehat (LBS). Pesan-pesan edukasinya memang masih terkait dengan manfaat produk untuk menjaga kebersihan, namun gerakan moral dan aksi nyata yang digulirkan berdampak positif untuk kesehatan masyarakat luas.
Iklan Bukan Cuma Bicara
Liputan majalah Mix no. 09/2004:42-43, “Bersih Pangkal Sehat, Sehat Pangkal Lifebuoy,” mengulas kampanye LBS sebagai program untuk berbagi citra dan memperlihatkan kepedulian sosial perusahaan. Lifebuoy menyisihkan Rp10,- dari setiap penjualan sabun selama Juli-Agustus 2004 untuk pengadaan sarana mandi, cuci dan kakus (MCK) dan air bersih. Dalam implementasi LBS bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia, KuIS (Koalisi untuk Indonesia Sehat), dan Yayasan Unilever Indonesia Peduli. Liputan lanjutan dalam Mix no. 10/2004:19, menggambarkan LBS sebagai program edukasi kesehatan pada masyarakat tentang pentingnya memiliki lingkungan yang bersih melalui sarana MCK.
LBS merupakan contoh penerapan konsep pemasaran berdimensi sosial (cause-related marketing), yakni program pemasaran yang diarahkan untuk memecahkan salah satu masalah di masyarakat yakni kebersihan atau kesehatan. Fokus bidang ini sangat sesuai dengan positioning Lifebuoy sebagai sabun kesehatan untuk keluarga.
Publikasi LBS terus berlanjut pada Cakram edisi 10/2005:18 yang mengungkap iklan lifebouy anak kecil kerja bakti mengantongi nilai penetrasi tertinggi (skor 8,4) dan berhasil menduduki peringkat pertama iklan paling efektif bulan September 2005. Ini berarti iklan tersebut mendapat perhatian tinggi dan temanya digemari masyarakat luas.
Program LBS mendahului kampanye mencuci tangan dengan sabun yang dilakukan KuIS atas bantuan teknis John Hopkins University dan didanai USAID. Sebagian kalangan mungkin menganggap kampanye ini sebagai hal “remeh tapi penuh tantangan” seperti diungkap Cakram edisi 12/2005:16-17. Program Kampanye yang meraih anugerah PR Week Award 2005 ini tak lepas dari hasil riset KuIS yang mengungkap 80% responden ternyata kurang memperhatikan perilaku sehat. Karena itu, kampanye yang dikemas agar menyatu dengan tradisi masyarakat lokal ini memdidik sasaran utama kalangan ibu-ibu. Tujuannya untuk membangun persepsi masyarakat bahwa cuci tangan dengan sabun sebagai kebiasaan hidup sehat.
Kebiasaan dan disiplin diri untuk hidup bersih yang tampak sederhana itu sebenarnya sangat mendasar, karena kebersihan adalah pangkal kesehatan dan berdampak pada sikap dan perilaku keseharian menjadi lebih baik. Bahkan bila kampanye hidup bersih ini dimaknai secara spiritual, berarti bersih dari dalam hati alias bersih batin, bukan hanya bersih lahir.
Bila ditelusuri lebih jauh, program LBS itu berbasis misi produk Lifebuoy yakni “untuk berperan langsung meningkatkan kualitas hidup keluarga Indonesia, khususnya kesehatan,” seperti dikemukakan Elfi Emilia Zurfiana Senior Brand Manager Lifebuoy pada majalah Mix no. 01/2007:26-27. Mengingat merek Lifebuoy telah hadir lebih dari 55 tahun di Indonesia dan sebagai pemuka pasar, maka terasa wajar menerapkan konsep pemasaran berbasis misi (mission marketing), meski ini merupakan suatu pilihan yang jarang ditempuh pemain baru.
Keseriusan dan konsistensi LBS bisa dicermati dari empat jurus yang diungkap Elfi (lihat rangkuman pada tabel) untuk meluruskan pandangan kalangan jurnalis yang terkadang menganggap aktivitas merek hanya komersial melulu. Ia mengakui publikasi media menjadi kunci sukses program LBS yang meraih penghargaan PR of the Year 2006 yang digelar majalah Mix dan memboyong empat penghargaan sekaligus yaitu: Overall, Objective, Strategy, dan Execution untuk kategori Product Brand PR.
Empat Jurus Lifebuoy Berbagi Sehat
no
Jurus/strategi
uraian singkat
1.
Pesan kunci (key message) yang jelas
Konsistensi pesan utama melalui keseluruhan rangkaian kampanye untuk menyuarakan misi sosial tentang pentingnya memiliki lingkungan yang bersih dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
2.
Menggandeng influencers dari berbagai unsur
Mitra dari kalangan pemerintah, para pakar, lembaga swadaya masyarakat seperti KuIS dan Nurani Dunia
3.
Menggunakan data ilmiah dan terpercaya
Dukungan data dari pihak yang kompeten seperti Statistik Diare dari Dinas Kesehatan atau hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dan KuIS
4.
Kesinambungan program LBS (sustainability)
Program LBS yang berkelanjutan, bukan insidental atau ad-hoc. Serial program kini telah mencapai empat tahun
Sumber: majalah Mix no. 01/2007:26-27 (wawancara Elfi E. Zurfiana Senior Brand Manager Lifebuoy).
Pada 2007 juga muncul iklan layanan masyarakat LBS dengan visual lima orang bersikap masa bodoh terhadap sampah yang berserakan di jalan sebenarnya menggugah kita untuk lebih peduli pada masalah kebersihan. Narasi iklan itu mengimbau, “Sebenarnya Anda bisa berbuat lebih banyak daripada mereka. Sehat ada di tangan kita, ayo turun tangan!” Ajakan itu disampaikan juga melalui iklan komersial TV (TCV) Lifebuoy: ”Kalau bicara aja sih tidak akan bisa bikin perubahan…” begitu suara anak terdengar dilanjutkan dengan visual aktivitas menjaga kebersihan. Kampanye Lifebuoy memang bukan hanya bicara, namun berujung pada aksi nyata.
Iklan LBS itu mengingatkan kita pada iklan-iklan yang tidak menawarkan produk, tapi berisi nada himbauan, ucapan selamat, pembelaan, atau menunjukan sikap peduli terhadap problema yang dihadapi masyarakat. Iklan yang dikemas dengan unsur edukasi dan berupaya menarik simpati publik itu kini mulai bertaburan di antara ramainya iklan-iklan produk.
Iklan yang dikeluarkan perusahaan untuk menanamkan suatu ide, citra atau kesan tertentu disebut iklan korporat. Namun, bisa saja pesan itu disampaikan melalui iklan produk. Karena ada suatu organisasi atau lembaga yang mengeluarkan, maka dikenal sebagai iklan institusi (instititional ad). Tapi mengingat tujuannya untuk membangun dan memantapkan citra, lalu dinamakan iklan citra (image advertising). Dilihat dari pesan yang disampaikan bersifat pelayanan atau pendidikan, imbauan, atau pembelaan, sehingga disebut iklan layanan masyarakat (ILM) dan iklan anjuran atau pembelaan (advocacy ad).
Fungi iklan semacam itu bukan untuk mengenalkan produk, apalagi membujuk orang untuk membeli. Tapi arahnya sebagai alat kehumasan (public relations/PR) untuk memantapkan citra perusahaan atau memperkuat iklan-iklan produk yang ditawarkan perusahaan. Lebih dari itu, ILM dan iklan pembelaan terkadang digunakan untuk membentuk opini pada kalangan tertentu, misal investor, pialang saham, pejabat pemerintah, mitra usaha, eksekutif dan para profesional, atau khalayak spesifik.
Program LBS memang bukan sekadar imbauan lewat iklan, namun sebuah edukasi panjang yang diupayakan terintegrasi mulai dari iklan anak kerja bakti, kampanye cuci tangan dengan sabun, bahkan pada 2007 diselenggarakan Lifebouy Health Camp sebagai penutup rangkaian Lifebouy berbagi sehat seperti disajikan dalam majalah Mix edisi 10/2007.
Bila dicermati lebih mendalam, program Lifebuoy Berbagi Sehat (LBS) sebenarnya bukan hanya kampanye produk, namun membawa nama baik Unilever sebagai perusahaan yang memayunginya. Secara internal ternyata terjadi transformasi PR seperti dipaparkan oleh Leila Djafaar, Head of Corporate Communications Unilever pada majalah Mix no. 04/2006:63. Menurutnya, semua karyawan menjadi duta perusahaan. Bila dulu lebih berorientasi produksi dan pemasaran, kini untuk mencapai target bisnis melengkapinya dengan PR. Perubahan kultur dalam kaitan berhubungan dengan media atau publik pun terjadi terutama sejak Maret 2003 dari tertutup dan takut, menjadi lebih transparan dan bersahabat.
Posisi strategis iklan korporat atau produk yang berjiwa sosial semacam iklan LBS bisa ditinjau dari kerangka yang dikemukakan Belch & Belch, 2007:563-568 yang membagi iklan korporat (corporate advertising) menjadi empat kategori yaitu: image advertising, event sponsorship, advocacy advertising, dan cause-related advertising. Semua iklan itu diposisikan dalam konteks upaya perusahaan untuk membangun citra dan reputasi, meneguhkan sikap terhadap suatu masalah sosial, atau mengundang keterlibatan masyarakat. Kampanye LBS bukan hanya mengharumkan nama Lifebuoy, tapi di mata sebagian kalangan aktivis, pembentuk opini publik, profesional, dan pejabat, program itu dianggap sebagai wujud kepedulian Unilever terhadap bangsa ini.
Belanja dan Berderma
Gaya pemasaran Lifebuoy yang berdimensi sosial dan empatik itu melibatkan konsumen untuk berpartisipasi, mengajak konsumen untuk menyumbang sambil membeli produk. Warna promosi yang melibatkan konsumen agar merogoh kocek untuk belanja sekaligus berderma demi kemanusiaan atau mengatasi masalah sosial ini makin populer. Perusahaan menerapkan pemasaran berdimensi sosial (cause-related marketing/CRM) dengan menyisihkan sebagian dana dari penjualan atau laba untuk membantu memecahkan problema sosial.
Beberapa promosi CRM bukan saja membebaskan perusahaan untuk menyediakan dana promosi tambahan, tapi malah meraup dana melalui konsumen. Tapi, dana promosi yang dihimpun digunakan untuk menunjukan langkah PR yang peduli. Gaya promosi simpatik semacam itu banyak diterapkan pada era 2000-an. Menjelang akhir 2005 misalnya, Indosat dan Telkom menyisihkan dana dari setiap sambungan telepon untuk disumbangkan kepada masyarakat yang kurang beruntung. Demikian juga Morinaga Peduli Sahabat mengimbau konsumen agar mengumpulkan mainan bekas untuk disumbangkan kepada anak-anak warga miskin. Program Morinaga ini mirip dengan Rinso Kasih yang mengimbau masyarakat untuk menyumbang pakaian bekas laik pakai, lalu dicuci dulu dengan Rinso sebelum disalurkan kepada warga yang membutuhkan.
Disertasi Dr. M. Gunawan Alif, Pemred majalah Cakram yang saya ulas pada majalah alumni ESQ, Nebula no. 03/2007:120-121 memaparkan beberapa contoh CRM dari produk Grup Tempo, perusahaan farmasi yang merayakan ulang tahun ke-50 pada Oktober 2003. Perusahaan menyisihkan Rp50,- dari setiap penjualan produk Hemaviton, Neo-rheumacyl, Bodrex, Bodrexin, dan Marina. Dana yang terkumpul disalurkan melalui Depdiknas sebagai beasiswa bagi para mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir dan kesulitan biaya.
Setahun kemudian, Grup Tempo menyisihkan Rp25,- dari setiap penjualan rangkaian produk Hemaviton periode 12 Oktober hingga 12 November 2004. Dana yang terkumpul disumbangkan untuk korban tragedi bom di Kuta Bali, Hotel JW Marriot dan depan Kedubes Australia.
Lain lagi cara Pfizer mengundang keterlibatan pendengar supaya mengirim SMS melalui acara radio yang disponsori perusahaan agar mereka menyimak pesan-pesan sponsor. Setiap SMS dari pendengar, perusahaan menyumbang Rp10.000,- untuk riset tentang AIDS oleh FKUI. Total dana yang disihkan sebesar Rp200 juta pada 2003.
Gaya promosi yang mengetuk hati nurani konsumen ini menjadi warna tersendiri di antara gebyar hadiah yang ditawarkan perusahaan. Promosi jenis ini penting untuk variasi, karena kita bisa memilah dan mengukur berapa besar konsumen yang loyal kepada produk yang memiliki kepedulian sosial atau membeli bukan karena hadiah semata. Selain itu, menjadi ajang promosi simpatik guna menjaring konsumen yang mau membeli sekalian beramal.
Kini, sebaiknya Anda berani mencoba berpromosi simpatik!
Posisi strategis iklan korporat atau produk yang berjiwa sosial semacam iklan LBS bisa ditinjau dari kerangka yang dikemukakan Belch & Belch, 2007:563-568 yang membagi iklan korporat (corporate advertising) menjadi empat kategori yaitu: image advertising, event sponsorship, advocacy advertising, dan cause-related advertising. Semua iklan itu diposisikan dalam konteks upaya perusahaan untuk membangun citra dan reputasi, meneguhkan sikap terhadap suatu masalah sosial, atau mengundang keterlibatan masyarakat. Kampanye LBS bukan hanya mengharumkan nama Lifebuoy, tapi di mata sebagian kalangan aktivis, pembentuk opini publik, profesional, dan pejabat, program itu dianggap sebagai wujud kepedulian Unilever terhadap bangsa ini.
Petikan Harmoni 19
Pola baru promosi simpatik yang mengundang konsumen untuk terlibat dalam program kepedulian kini mulai diminati produsen. Promosi itu menjadi sarana edukasi dan kehumasan (public relations/PR) yang ampuh untuk merebut simpatik publik, karena selain berusaha menggaet pembeli, sekaligus menanamkan citra perusahaan yang peduli terhadap problema sosial.
Program Lifebuoy Berbagi Sehat (LBS) sebenarnya bukan hanya kampanye produk, namun membawa nama baik Unilever, sebuah edukasi yang terintegrasi mulai dari iklan anak kerja bakti, kampanye cuci tangan dengan sabun, hingga Lifebuoy Health Camp.
Gaya promosi yang mengetuk hati nurani konsumen ini menjadi warna tersendiri di antara gebyar iming-iming hadiah yang ditawarkan perusahaan. Promosi jenis ini penting untuk memilah loyalitas konsumen yang membeli bukan karena hadiah semata.

contoh iklan corporate advertising



Contoh iklan rupa2...

Tanggal
19 Nov 2008
Harga
Rp 99,999 ,-
Kategori
Audio
Sub Kategori
Amplifiers
ID Iklan
3
Deskripsi
Ini adalah contoh iklan rupa2 yang dapat anda buat di koranmobil.com
Identitas Penjual
5550815223222Alamat:ramerame.com system testDKI JakartaJakarta Selatan

NB: Nantinya, di setiap iklannya anda dapat mengobrol ria dengan penjual dan lainnya.
Ya, seperti beriklan di forum, Dengan kelebihan: di koranmobil.com iklannya gampang "dicari" dan gampang untuk digunakan.

Ini adalah deskripsi lengkap iklan rupa2 anda.
Di sini, anda bisa memasukkan foto/gambar dan deskripsi sebanyak yang anda inginkan.
Anda bisa memasukkan spesifikasi barang yang sedang anda jual, misalnya.
Spesifikasi:
Max Power (Watts): 1200
Ad Hoc Power into 4 ohms, THD%: 202
Ad Hoc Power into 2 ohms, THD%: 250
Bridged into 4 ohms, THD%: 500
Signal to noise ratio (dB): 93dBA
Frequency Response (Hz): 5-50kHz
Current Drain at rated output (A): 48A
Width (inch): 15.8
Height (inch): 2.2
Depth (inch): 10.8
Weight (Approximate): 11.4
Fitur:
Class A/B
600W x 2 Max Power Output
202W x 2 into 4 ohms, 20Hz-20kHz, 1.0% THD
Variable 50-300Hz Lo-Pass Filter
-12dB/oct Selectable Slope
250W x 2 into 2 ohms, 20Hz-20kHz, 1.0% TH
Cara Memasukkan Foto/Gambar di sini> Upload foto anda di website penyedia layanan foto seperti imageshare.com> Copy URL foto/gambar anda dengan meng-klik kanan pada gambar dan pilih "Properties"> Klik "Insert/Edit Image" pada menu di bawah text area ini.> Paste URL foto anda pada isian "Image URL"> Voila! Foto/Gambar anda sudah berhasil dimasukkan ke dalam deskripsi lengkap iklan anda.Contoh: Foto/Gambar diambil dari www.wheelmax.com
Cara untuk membuat table di siniUntuk saat ini, fungsi untuk membuat table masih kami kembangkan, mudah-mudahan dalam 2-3 minggu setelah anda membaca ini fungsi table akan kami tayangkan.

Terima kasih. Semoga iklan anda makin cepat lakunya.