Selasa, 16 Desember 2008

Resume II

Dengan berkembangnya konsep-konsep manajemen, belakangan ini perusahaan moderen telah mampu menetapkan secara spesifik kemana perusahaanya akan dibawa, titik ini disebut corporate goals,dua macam corporate goals, yakni:• Official Goals(mission)Yaitu maksud perusahaan didirikanMission disebut official goals karena isinya terlampau umum dan sangat idealis.• Operative GoalsMerupakan penjabaran yang lebih realistis atas operasi perusahaan. Biasanya bersifat jangka pendekSyarat sebuah objectiveUntuk memperolah pegangan yang memadai, objective PR hendaknya memenuhi syarat-syarat berikut :1. Harus dinyatakan secara tertulis2. Harus dinyatakan secara jelas dan singkat3. Harus spesifik pada batasan tertentu4. Harus mencakup batasan waktuyang spesifik5. Objectifve harus dapat dinyatakan dalam ukuran yamng terukur6. Objective PR harus konsisten dengan objective perusahaan secara menyeluruh7. Objective harus dapat dijangkau, tetapi tetap memberi tempat yang menantang untuk merangsang usaha.Dasar penentuan Objective : Riset Bagaimanapun juga, untuk dapat menentukan objective pada bagiannya, orang –orang PR perlu bersandar pada data riset.sesuai dengan aturan atau syarat yang ditetapkan , objektvef harus dapat dinyatakan secara spesifik.Dalam perumusan objective, penting bagi orang-orang PR untuk mem_PR_kan gagasannya kepada tokoh kunci di dalam perusahaan. Hal yang paling penting adalah memperoleh dukungan dari pimpinan puncak dan bila perlu pemegang saham.Dibeberapa kegiatan PR sangat mulia dan berkaitan erat dengan masalah strategi, dikatakan bahwa PR mempunyai misi yang mulia karena PR dapat dipakai untuk utjuan komersil dan nonkomersil.melihat perananny ayang mulia dan unik tidak jarang PR memerlukan bobot etika yang tingkatannya sangat tinggi, yakni: rapat pemegang saham.

resume1

StakeholderStakeholder adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun di lur perusahaan yang mempunyai peran dalam menetukan keberhasilan perusahaan.Tugas PR dalam hal ini adalah membina hubunagna baik denagna phak-pihak tersebut melalui suatu proses komunikasi.Secara umum, stakeholder dapat dikelompkkan menjadi dua bagian, yakni stake holder internal dan stakeholder eksternal.Sering timbul kesalahpahaman pada masyarakat awam bahwa ruang lingkup pekerjaan PR terbatas pada stakeholder eksternal. Anggapan ini tidak benar, karena PR bertugas membina hubungan yang serasi dan saling percaya, baik dengan pihak-pihak di luar perusahaan, maupun didalam perusahaan.Interest dan kepentingan masing-masing stakeholderStakeholder internalunsur-unsur pemegang stakeholder internal adalah pemegang saham, Manajer dan top executives, karyawan,dan keluarga karyawan.Dalam manajemen moder,n, keberhasilan perusahaan untuk memperoleh kepuasan stakeholder dapat dijadikan indicator keberhasilan perusahaan.Dikebanyaka perusahaan, kedudukan PR dewasa ini dirangkap oleh seorang corporate secretary.hal ini tidak lain karena kedekatan posisi seorang corporate secretarydengan pimpinan puncak.Stakeholder eksternalStakeholder eksternal adalah unsure-unsur yang berada di luar kendali perusahaan (uncontrollable)Beberapa unsur pada stakeholder eksternal yang dianggap penting adlahKonsumen,bank,pemerintah, pesaing dan komunitas.Unsur-unsur dalam lingkungan eksternal cenderung lebih kompleks dan lebih sukar dikendalikan perusahaan. Semakin kompleks unsure tersebut semakin besar kemungkinan perusahaan menciptakan departemen baru.maka lahir beberapa istilah-istilah Government PR, Community Relations,IndustrialRelations, Financial relationsPress relations dan sebagainya.merka adlah orang-orang ynag specialis dibidang PR yang membatasi diri pada stakeholder tertentu.
Keuangan Kejagung Harus Diaudit
Senin, 23 Juni 2008 15:55 10 views Posted in Berita Aktual

Plusberita News - Yogyakarta, Perbaikan kinerja kejaksaan Agung tidak cukup dilakukan dengan memeriksa sejumlah Jaksa Agung Muda (JAM). Pengelolaan finansial lembaga hukum tersebut juga harus diaudit dengan seksama.
Hal tersebut diungkapkan pakar hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) Denny Indrayana saat berbicara adlam dikusi bertajuk Selamatkan Indonesia di Gedung Univercity Club (UC) UGM, di Bulaksumur, Yogyakarta, Senin (23/6/2008).
“Perlu dilakukan audit institusional di Kejaksaan Agung. Dilacak satu per satu kasus yang pernah mereka tangani,” kata Denny.
Denny menilai audit tersebut sangat penting. Sebab sesuai hasil survei Transparancy Internasional 2007, lembaga kepolisian dan peradilan merupakan lembaga terkorup di Indonesia.“Itu pedomannya sehingga perlu dilakukan audit institusional,” katanya.
Dalam kesempatan itu Denny juga mengkritik KPK. Menurutnya KPK hanya berani mengungkap kasus-kasus kecil, seperti sidak ke Bea Cukai dan penyuapan anggota DPR. Namun KPK tidak berani mengungkap kasus biaya perkara di Mahkamah Agung (MA).
“Jika di tempat lain KPK berani melabrak langsung tanpa ada pemberitahuan. Namun di MA malah seolah mewanti-wanti, besok atau minggu depan kita ke MA. Ini seolah MA sudah diberitahu terlebih dahulu, jadi akan menghilangkan berkas-berkasnya,” ujar Denny.

contoh iklan intitusional advertising

Sudah bertahun tahun saya bekerja di perusahaan ini, mungkin baru sekarang saya melihat ada suatu upaya besar untuk mentransformasikan Pertamina dari suatu perusahaan BUMN yang semula jago kandang menjadi entitas bisniskelas dunia. Tentu hal ini patut kita dukung semua. Tokh, kita juga tidak ingin Pertamina menjadi kerdil hanya karena kehadiran pemain-pemain asing yang semakin banyak masuk ke Indonesia.Hobi saya menonton teve dan baca koran, karena itu saya ingin sedikit mengemukakan pikiran saya tentang Pertamina dari apa yang saya lihat di layar kaca dan halaman media cetak.Saya senang saja melihat Pertamina sudah rajin memasang iklan, bahkan di salah satu stasiun teve, iklan Fastron nongkrong setiap saat. Tetapi kemudian setelah melihat iklaniklan Pertamina yang lain, saya berpikir bahwa tampaknya iklan-iklan tersebut berjalan sendiri-sendiri. Artinya, iklan yang satu tidak saling melengkapi atau menunjang iklan yang lain.Secara pribadi saya awam dengan dunia komunikasi dan advertising, tetapi saya yakin dalam beriklan, ada dua yang ingin kita tampilkan, pertama, perusahaannya. kedua, produk-produknya. Ketika mengiklankan perusahaan, yang harus ditampilkan adalah seperti apa image atau citra yang ingin kita bentuk di masyarakat. Karena itu tayangan visualnya juga haruslah mengesankan. Mungkin kita bisa ambil contoh iklan-iklan yang mengesankan, seperti dahulu iklan (maaf, menyebutkan nama perusahaan lain tetapi bukan perusahaan minyak lho...) IBM dengan latar belakang lagu yang popular, atau iklan Marlboro dengan suasana country dan koboinya. Bisa juga benchmark dengan iklaniklan korporat dari perusahaan penerbangan atau bank. Melihat iklan itu, atau mendengar jingle-nya saja, orang sudah dapatmengasosiasikan dengan nama perusahaan tertentu. Hal ini belum saya dapatkan dari iklan-iklan Pertamina di layar kaca. Apalagi di media cetak.Kadang, iklan-iklan itu tampil dengan slogan Always There, lain waktu dengan slogan Selalu Hadir Melayani. Saya heran, kenapa harus ada dua ‘slogan', kenapa tidak satu saja seperti (terpaksa harus menyebut nama perusahaan lagi) Telkom dengan Committed to Younya, atau mungkin dengan BCA yang gencar dengan Welcome to BCA-nya.Yang juga saya anggap kurang pas adalah ketika saya melihat iklan-iklan produk. Iklan-iklan produk selalu mencantumkan nama fungsi yang membuatnya, seperti Pertamina Pelumas, Pertamina Aviasi, Pertamina Non-BBM, dll. Disertai alamat kontak mereka.Hal ini tidak pernah saya jumpai dalam iklaniklan perusahaan lain ketika menampilkan produknya. Misalnya saja ketika Unilever memasang iklan shampo, sabun, pasta gigi mereka cukup menampilkan satu nama perusahaan. Yakni Unilever. Tidak ada embel-embel Unilever Divisi Shampoo, Unilever bagian sabun atau yang lain. Atau ketika sebutlah pesaing kita Shell menampilkan iklan produk mereka seperti Helix, dia juga tak perlu menyebutkan bahwa iklan itu dibuat Shell Divisi Pelumas.Bagi saya lagi-lagi sebagai orang awam, dalam setiap menonton/membaca iklan produk rasanya masyarakat konsumen cukup perlu tahu produk yang diiklankan itu buatan perusahaan mana. Masyarakat tidak merasa perlu tahu iklan itu buatan Divisi atau Fungsi atau departemen apa dari perusahaan itu.Kalau saya boleh sebut ‘egoisme' fungsi itu, sebagai penonton kita malah melihat ada ketidakkonsistensian di dalamnya. Seolah-olah, masing-masing fungsi ingin menonjolkan kinerjanya. Yang ujungujungnya kita sebagaipenikmat tayangan iklan jadi terganggu. Sebab, terlalu banyak pesan yang ingin disampaikan. Pertanyaannya sekarangadalah, apakah iklan-iklan yang mengusung "egoisme" kefungsian itu efektif? Wallahualam, saya agak meragukan.Saya hanya berharap agar iklan-iklan Pertamina, baik di layar kaca maupun di media cetak, terintegrasi. Apapun iklannya, antara nama besar Pertamina dan nama produk harus saling mendukung. Iklan perusahaan harus menjadikanproduk kita bertambah nilai jualnya. Demikian juga dengan iklan produk yang harus membawa nama perusahaan sehingga makin dikenal dan akrab olah masyarakat. Yang ujung-ujungnya apalagi kalau bukan produk Pertamina terdongkrak penjualannya dan nama Pertamina keseluruhan (terlepas dari produk jualan Aviasi, Pelumas, Retail, atau yang lainnya) menjadi makin akrab dan dipercaya oleh masyarakat.

contoh iklan advertising Pr II

Sebelum adanya teknologi, PR berbasis pada tulisan tangan melalui media cetak. Dengan adanya teknologi, kegiatan PR dapat dilakukan dengan lebih mudah. Tugas PR ialah menjaga media relation dengan public dan stakeholder. Pada dasarnya tujuan dari PR ialah untuk berkomunikasi, melalui teknologi, dunia global seperti disatukan satu dengan yang lainnya. Sehingga, komunikasi yang disampaikan menjadi jauh lebih mudah dan luas, mencakup wilayah global dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu teknologi merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan PR. global seperti disatukan satu dengan yang lainnya.
Dengan teknologi, PR dapat dilakukan melalui : Video Confrence, Video News Release, Web Casting, Personal Computer, Online Monitoring, The Email Revolution, Interactive PR.
Kesenjangan teknologi dengan kondisi perkembangan PR di Indonesia:
Video Conference: didistribusikan melalui satelit yang merupakan alat penting bagi PR. dengan teknologi ini PR professional dapat bekerja walaupun dalam jarak yang jauh. Di Indonesia, VC sudah banyak digunakan, tetapi belum dapat mencakup seluruh daerah di Indonesia, karena signal satelit yang dipancarkan kurang begitu baik. Contoh: praktisi PR dapat berkomunikasi dengan para stakeholder nya tidak harus bertemu secara langsung, juga ditempat dan waktu yang berbeda.
Video News Releases: VNR sejajar dengan media cetak namun dapat didengar dan dilihat bukan sekedar dibaca. Walaupun biayanya mahal, free publicity yang didapatkan dengan VNR. Durasinya biasanya 90 detik hingga 2 menit. Di Indonesia belum terlalu umum digunakan, dan apabila digunakan belum bisa mencakup daerah terpencil.
Web Casting: Tipe broadcasting yang terdiri atas video dan audio di internet, biasanya digunakan untuk live press conference. Jadi dalam kasus ini reporter atau produser dapat menontonnya langsung melalui desktop.Di Indonesia, teknologi ini sudah umum digunakan terutama di daerah kota besar.
Personal Computer:Sekarang semua firma PR mempunyai personal komputer untuk menyimpan online data base. Di Indonesia, perkembangan firma PR sudah sangat pesat. PR bukan hanya sekedar pembicara tetapi sebagai investasi perusahaan, kerena itu penyimpanan data base di personal komputer sangat penting.
Online Monitoring: Teknologi ini membantu mereka bagaimana perkembangan media, pesaing, dan customer. Otomatis teknologi ini sangat dibutuhkan oleh setiap praktisi PR termasuk di Indonesia.
The E-mail Revolution:Teknologi ini sangat berperan di Indonesia. Bagi praktisi PR, E-mail merupakan metode dasar untuk berkomunikasi dengan pihak lain.
Interactive PR: Ini merupakan interactive news release yang lebih specific dengan menggunakan password yang dilindungi untuk menjaga kerahasiaan data perusahaan. Setiap praktisi PR professional umumnya menggunakan teknologi ini termasuk di Indonesia.
Paduan yang pas antar iklan dan teknologi
Pada intinya advertising adalah suatu bentuk komunikasi yang ditujukan pada pemirsa berpotensial mengenai produk dan jasa yang akan dipasarkan. Target pemirsa advertising tentunya adlaah masyarakat dalam jumlah besar. Maka itu advertising membutuhkan media yang dapat mencakup masyarakat besar pula agar komunikasinya dapat tersampaikan. Media media tersebut adlah media massa yang terdiri dari Televisi, radio, Majalah, koran Internet, dll. Kesemua media tersebut pastinya tidak terlepas dari teknologi. Teknologi jelas sangat besar perannya dalam penyampaian pesan. Dengan teknologi pesan dapat disampaikan kepada msayrakat luas hanya dengan sekejap. Dalam advertising pun speperti itu. Perkembagan advertising juga tidak terlepas dari teknologi.
Misalnya jaman dulu iklan mungkin hanyalah sampai teknologi cetak saja, namun berjalan seiring dengan perkembangan teknologi sperti Tv, radio, internet. Maka advertising juga merambah media berteknologi mutakhir ini. Hal ini dimaksudkan agar penyampaiannya lebnih mudah dan dampak yang terjadi sesuai dengan dampak yang diharapkan.
Contoh langsung adalah ‘online advertising’. Online advertising adalah iklan yang muncul di website-website tertentu. Misalnya pada situs www.yahoo.com atau www.detik.com. Ini adalah situs yang umum dikunjungi oleh masyarakat. Dengan advertiser merambah teknologi ini, maka otomatis penyampaian pesan kepada orang banyak juga bisa tercapai. Apalagi sekarang ini internet tengah digemari oleh orang banyak. Fakta mengatakan 52% wanita, informasi dari internet memabntu mereka untuk mendapat hidup yang lebih sehat dan satu dari empat wanita mengungkapkan bahwa mereka dapat menimprovisasikan penampilan mereka info-info kecantikan melalui internet. Ini adalah pasar yang sangat berpotensi bagi pengiklan kosmetik misalnya.dampak yang dihasilkan pasti sangat signifikan karena advertiser membidik target yang tepat melauli media yang tepat pula.
Contoh lainnya adalah pada teknologi ‘Database marketing’. Teknoligi memungkinkan advertiser untuk menyimpan informasi pribadi si konsumen agar mereka dapat mengirimkan pesan langsung secara pribadi. Contohnya ucapan selamat ulang tahun sekaligus megiklankan launching produk baru. Ini sangat membantu dalam penyampaian pesan dan dampaknya agar tercapai sesuai harapan.
Di Indonesia sendiri advertising sudah cukup maju dan semakin kreatif, namun masih ada beberapa teknologi yang belum bisa dijangkau oleh Indonesia. Contohnya Interactive TV dimana advertiser menggunakan media ini untuk mengiklankan produknya, dan penonton juga bisa mengakses email, browsing. Smeuanya ini bisa dilakukan sambil menonton TV.
Teknologi yang belum ada juga adalah talking billboard. Teknologi ini adalah billboard interaktif yang bisa berbicara dan berganti gambar sesuai dengan siapa yang berdiri didepannya. Selain itu dibuku ini jgua ada lembaga seperti (ACT) Action for Children. Ini adalah lembaga yang mengajarkan anak-anak dalam menganalisa iklan, dan juga melindungi anak-anak dari iklan yang tidak tepat.

Iklan yang berteknologi tinggi:
- Billboard A-Mild di Senayan pada bulan puasa,Billboard ini sangat menarik perhatian masyarakat, karena penyampaiannya yang berbeda pada siang dan malam hari. Pada siang hari, gambar yang ditampilkan hanya berupa mangkok kosong, tetapi disaat menjelang malam mangkok itu berubah menjadi terisi beraneka ragam makanan.
- Billboard TV plasma LG di mal senayan city.Iklan ini terdapat di tempat pengecekan mobil mal senayan city, jadi billboard ini bergerak turun dan naik seiring dengan pemeriksaan mobil.

- Billboard di Time Square, New York.Iklan gedung-gedung di New York, sudah sangat berkembang pesat dengan tampilan billboard yang bergerak mengikuti gedung itu. - Sliding Billboard yang berganti dalam kurun waktu tertentu.
- LCD plasma TV di jalan-jalan utama ibukota, contoh : di depan bundaran HI.- Iklan 3 dimensi di Plaza Senayan.

contoh iklan advertising Pr I


Ambient Advertising dan Fenomena Modernitas Dunia Barat
Oleh: Bambang Sukma Wijaya
Philip Kotler (2000: 3) mengatakan bahwa dunia pemasaran hanya dapat berkembang di negara-negara yang menganut sistem demokrasi dan ekonomi terbuka. Hal ini dikarenakan pasar yang ada di negara-negara tersebut membuka peluang kompetisi yang lebih kondusif. Sedangkan kompetisi pasar merupakan stimulus utama berkembangnya strategi-strategi dan kreativitas baru yang dibutuhkan dalam dunia pemasaran. Tak heran, perkembangan pesat dunia pemasaran atau marketing kebanyakan terjadi di negara-negara maju (Barat) yang telah lama menjalankan sistem demokrasi dan ekonomi pasar bebas, seperti negara Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa barat. Banyak merek-merek produk ternama lahir dari negara-negara tersebut seperti Nike, McDonalds, Mercedes Benz, VW, Nokia, dan lain-lain.
Merek-merek global tersebut tidak dibangun dalam sekejap, namun melalui suatu perjalanan panjang dengan strategi komunikasi pemasaran yang terarah. Salah satu bentuk komunikasi pemasaran paling populer adalah iklan. Tak dapat dipungkiri, bahwa periklanan dengan segala kreativitasnya yang menarik dan terkadang kontroversial telah memberi kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi global. Iklan dapat memacu penjualan produk. Iklan dapat menstimulasi lesunya pasar. Iklan dapat mendongkrak image produk. Iklan dapat menciptakan gaya hidup baru. Bahkan iklan pun acap dituding sebagai agen propaganda konsumerisme. Sementara konsumerisme merupakan anak kandung dari kapitalisme yang lahir dari rahim modernitas Eropa dan dunia Barat.
Kapitalisme, sebagaimana teori sistem dunia Immanuel Wallerstein (1974) muncul sebagai sistem ekonomi dominan sejak awal abad ke-16 yang disebut Wallerstein sebagai tahap “ekonomi dunia”. Peran negara (pemerintah) sebagai badan pengatur dan kordinator aktivitas ekonomi mulai merosot dan digantikan oleh pasar.
Pada tahap ini, sistem kapitalis menunjukkan potensi ekspansi yang sangat besar. Dinamika internal untuk bergerak sendiri dan kemampuan menjaga agar suplai barang tetap melimpah menyebabkan sistem ini sangat menarik bagi segmen terbesar penduduk (Sztompka, 2007: 107).
Sistem ini pun mengendalikan kekuasaan politik dan militer sehingga memungkinkan untuk meluaskan kekuasaannya. Pembangunan transportasi, teknologi militer dan komunikasi mempercepat perkembangan sistem kapitalis ke seluruh dunia. Dampaknya pun terasa dengan lahirnya strata dan ketimpangan masyarakat dunia. Masyarakat dunia teriris menjadi tiga strata: inti, menengah atau semi pinggiran dan pinggiran. Sebutan populer untuk stratifikasi ini biasa disebut Dunia Pertama, Dunia Kedua dan Dunia Ketiga.
Sebagaimana telah dipaparkan di atas, kapitalisme berasal dari inti atau Dunia Pertama, yakni masyarakat Eropa barat, kemudian meluas ke semi pinggiran dan pinggiran. Masyarakat di negara pinggiran seperti Indonesia dan beberapa negara di Asia, Afrika dan Amerika Latin terpaksa memasuki sistem masyarakat dunia yang didominasi oleh inti (Dunia Pertama) namun mereka masih tetap berada di pinggiran sistem, setidaknya dipandang dari sudut distribusi kekuasaan dan keuntungan ekonomi dunia (Chirot, 1977).
Selain mendorong pertumbuhan ekonomi, kapitalisme juga mendorong persaingan bebas di pasar sehingga untuk dapat menang di pasar, sebuah merek produk harus mengerahkan segala daya kreatif dan strategi pemasaran yang cerdik. Konsumen tidak lagi dihadapkan pada satu atau dua merek produk, tetapi ribuan merek yang berlomba merebut perhatian mereka. Itulah mengapa, di era pasar moderen yang hiper kompetitif terutama di negara-negara maju seperti Eropa, para pemasar maupun praktisi komunikasi pemasaran pun berlomba menciptakan cara-cara baru dalam mengomunikasikan merek produk agar konsumen tertarik. Perkembangan kreativitas iklan, selain memberi kontribusi ekonomis yang luar biasa bagi perkembangan media-media konvensional seperti televisi, radio, suratkabar dan majalah, juga membuka kemungkinan eksplorasi penggunaan media-media baru dan alternatif, seperti ambient media atau ambient advertising.
Sebagaimana diketahui, ambient advertising dikembangkan pertama kali di London, Inggris oleh sebuah biro iklan bernama Concord Advertising. Di tengah fenomena modernitas masyarakat Eropa yang ditandai berkembangnya teknologi-teknologi baru, gaya hidup moderen yang membuat masyarakat terjebak dalam rutinitas ketergesaan, ketidakpedulian (individualis), serta kian padatnya pesan-pesan produk di hampir setiap sudut tempat, ambient advertising hadir untuk menyita perhatian masyarakat di tempat-tempat yang tak terduga, tanpa “memaksa” mereka menyediakan waktu khusus untuk menikmati media sebagaimana terhadap media-media konvensional seperti televisi dan lain-lain.
Beberapa alasan yang melatarbelakangi perkembangan ambient advertising adalah:
- Seebagai bentuk penolakan terhadap dominasi kekuasaan media tradisional (konvensional)
- Kebutuhan untuk melakukan komunikasi di tempat penjualan (point-of-sales)
- Kemampuannya menjangkau target khalayak secara tepat (http://wikipedia.org)
Tak heran, ambient advertising menjadi “mainan baru” para praktisi komunikasi pemasaran dan kreatif periklanan. Salah satu contoh iklan ambient media atau ambient advertising adalah iklan sebuah produk mie spaghetti di Jerman yang menyimulasikan mie dengan tali tambang berwarna kuning yang sepintas mirip mie spaghetti yang sebenarnya.
Pada dinding sebuah kapal yang sedang berlabuh di pelabuhan Hamburg, Jerman ditempeli stiker gambar wajah dengan ekspresi nikmat. Stiker tersebut dipasang sedemikian rupa dengan mulut gambar berada tepat di lubang saluran tali. Sehingga ketika tali ditarik dari dalam kapal, gambar seolah-olah sedang menghirup tali dengan nikmat, seperti nikmatnya mengonsumsi mie spaghetti Mondo Pasta, merek produk tersebut.

Gambar 1. Iklan ambient media di pelabuhan Hamburg, Jerman yang menyimulasikan kelezatan mie spaghetti merek Mondo Pasta (Sumber: www.ambient-planet.com)
Sementara di Indonesia, pada tahun 2006 sebuah contoh iklan layanan masyarakat ambient advertising bertema “helping hands” menampilkan tangan-tangan anak-anak yang mengambang di kolam bundaran HI Jakarta, seolah meminta pertolongan. Iklan tersebut disampaikan oleh lembaga pencari donor untuk anak-anak korban bencana tsunami Aceh. Tentu saja pesan yang ingin disampaikan untuk menggugah pengunjung yang melewati jalan di bundaran HI agar menyisihkan sebagian miliknya untuk membantu para korban dengan menyajikan pengalaman bagaimana rasanya melihat langsung anak-anak yang menjadi korban tsunami. Efek yang ditampilkan pasti berbeda jika pesan disampaikan melalui iklan di media konvensional seperti televisi dan suratkabar, yang mana khalayak hanya membayangkan keadaan para korban di tempat aslinya yang jauh. Iklan yang dibuat oleh biro iklan JWT ini berhasil memperoleh penghargaan di ajang lomba periklanan internasional.

Gambar 2. Iklan ambient media di kolam bundaran HI Jakarta dari lembaga pencari donor bagi anak-anak korban tsunami Aceh (Sumber: dok. JWT Indonesia)
Ambient advertising memang memiliki kekuatan menarik perhatian khalayak di sekitarnya dan cenderung lebih mudah menciptakan kepercayaan karena khalayak langsung “mengalami” isi pesan yang disampaikan. Julie Aveyard, Advertising Campaigns Manager perusahaan telekomunikasi BT Cellnet memaparkan pengalamannya di Majalah Marketing (2001) Inggris bahwa, “The essence of ambient advertising is about taking people by surprise and making our communication more relevant and credible.” (Terjemahan: kekuatan ambient advertising adalah memberi kejutan bagi orang-orang dan menjadikan komunikasi kami lebih relevan dan kredibel).
Sedangkan Richard Wier, Direktur HiTech Solutions menggambarkan ambient advertising sebagai medium yang tidak sekompleks media konvensional, namun lebih terjamin untuk dilihat pesannya oleh konsumen. Mike Baker, direktur pemasaran TDI London menyebut ambient advertising sebagai taktik yang tidak membutuhkan investasi besar-besaran namun memberikan dampak lebih diingat dan relevan (Marketing, London: 1997).
Keunikan dan keistimewaan ambient advertising tidak hanya pada eksekusi kreatifnya yang mampu menarik perhatian, sifat komunikasinya yang menyinergikan penyampaian pesan dengan pembuktian pesan sehingga khalayak dapat ‘mengalami’ atau merasakan langsung pesannya, tetapi juga mampu memberikan efek word of mouth dan publisitas yang luas karena menjadi bahan pembicaraan khalayak. Itulah mengapa, Alastair Ray dari Majalah Marketing London menyebut: “Ambient advertising used to be more PR than advertising, with firms striving to be the first brand to advertise in urinals and wheat fields in a bid to generate press coverage worth more than the campaign itself” (Terjemahan: ambient advertising kadang lebih cenderung menjalankan fungsi PR daripada periklanan, dengan menjadi merek pertama yang ditemukan secara unik di suatu tempat yang tidak biasa, maka akan mengundang liputan pers sehingga memberi efek lebih dari sekadar tujuan kampanyenya itu sendiri) (Marketing, London: 2001).
Fenomena ambient advertising yang awalnya muncul dan berkembang di Eropa sebagai konsekuensi logis perkembangan gaya hidup moderen di bawah payung kapitalisme, juga merambah periklanan negara-negara Dunia Ketiga atau pinggiran seperti Indonesia. Selain contoh iklan “helping hands” yang dibuat JWT di atas, cukup banyak iklan-iklan ambient lain yang dibuat oleh tenaga kreatif periklanan Indonesia. Hal ini semakin menegaskan tentang salah satu asumsi dalam teori modernisasi bahwa “masyarakat yang kurang maju harus mengikuti jalan yang sudah ditempuh oleh masyarakat yang lebih maju, mengikuti langkah yang sama, atau berdiri di tangga lebih rendah di eskalator yang sama”.
Apa yang menjadi tren di negara Barat, menjadi tren pula di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

contoh iklan corporate advertising II



Setelah krisis moneter 1997 dan bersamaan dengan proses reformasi negeri kita yang berjalan selama sepuluh tahun (1998-2007), beberapa tahun terakhir ini kita menyaksikan pergeseran warna promosi yang digelar para pemasar. Gaya promosi simpatik yang mengundang konsumen untuk terlibat dalam program kepedulian mulai diminati produsen, walau pun gebyar promosi dengan jor-joran hadiah masih sering bermunculan.
Promosi peduli semacam itu tampaknya menjadi pola baru. Produsen bukan saja berusaha menggaet pembeli, tapi sekaligus menanamkan citra dirinya sebagai perusahaan yang peduli terhadap problema di tengah-tengah masyarakat. Jadi promosi itu menjadi sarana kehumasan (public relations/PR) yang ampuh untuk merebut simpati di hati publik.
Salah satu program promosi simpatik yang bukan sekadar jualan, tapi turut berperan membantu mengatasi masalah sosial di negeri kita adalah Lifebuoy Berbagi Sehat (LBS). Pesan-pesan edukasinya memang masih terkait dengan manfaat produk untuk menjaga kebersihan, namun gerakan moral dan aksi nyata yang digulirkan berdampak positif untuk kesehatan masyarakat luas.
Iklan Bukan Cuma Bicara
Liputan majalah Mix no. 09/2004:42-43, “Bersih Pangkal Sehat, Sehat Pangkal Lifebuoy,” mengulas kampanye LBS sebagai program untuk berbagi citra dan memperlihatkan kepedulian sosial perusahaan. Lifebuoy menyisihkan Rp10,- dari setiap penjualan sabun selama Juli-Agustus 2004 untuk pengadaan sarana mandi, cuci dan kakus (MCK) dan air bersih. Dalam implementasi LBS bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia, KuIS (Koalisi untuk Indonesia Sehat), dan Yayasan Unilever Indonesia Peduli. Liputan lanjutan dalam Mix no. 10/2004:19, menggambarkan LBS sebagai program edukasi kesehatan pada masyarakat tentang pentingnya memiliki lingkungan yang bersih melalui sarana MCK.
LBS merupakan contoh penerapan konsep pemasaran berdimensi sosial (cause-related marketing), yakni program pemasaran yang diarahkan untuk memecahkan salah satu masalah di masyarakat yakni kebersihan atau kesehatan. Fokus bidang ini sangat sesuai dengan positioning Lifebuoy sebagai sabun kesehatan untuk keluarga.
Publikasi LBS terus berlanjut pada Cakram edisi 10/2005:18 yang mengungkap iklan lifebouy anak kecil kerja bakti mengantongi nilai penetrasi tertinggi (skor 8,4) dan berhasil menduduki peringkat pertama iklan paling efektif bulan September 2005. Ini berarti iklan tersebut mendapat perhatian tinggi dan temanya digemari masyarakat luas.
Program LBS mendahului kampanye mencuci tangan dengan sabun yang dilakukan KuIS atas bantuan teknis John Hopkins University dan didanai USAID. Sebagian kalangan mungkin menganggap kampanye ini sebagai hal “remeh tapi penuh tantangan” seperti diungkap Cakram edisi 12/2005:16-17. Program Kampanye yang meraih anugerah PR Week Award 2005 ini tak lepas dari hasil riset KuIS yang mengungkap 80% responden ternyata kurang memperhatikan perilaku sehat. Karena itu, kampanye yang dikemas agar menyatu dengan tradisi masyarakat lokal ini memdidik sasaran utama kalangan ibu-ibu. Tujuannya untuk membangun persepsi masyarakat bahwa cuci tangan dengan sabun sebagai kebiasaan hidup sehat.
Kebiasaan dan disiplin diri untuk hidup bersih yang tampak sederhana itu sebenarnya sangat mendasar, karena kebersihan adalah pangkal kesehatan dan berdampak pada sikap dan perilaku keseharian menjadi lebih baik. Bahkan bila kampanye hidup bersih ini dimaknai secara spiritual, berarti bersih dari dalam hati alias bersih batin, bukan hanya bersih lahir.
Bila ditelusuri lebih jauh, program LBS itu berbasis misi produk Lifebuoy yakni “untuk berperan langsung meningkatkan kualitas hidup keluarga Indonesia, khususnya kesehatan,” seperti dikemukakan Elfi Emilia Zurfiana Senior Brand Manager Lifebuoy pada majalah Mix no. 01/2007:26-27. Mengingat merek Lifebuoy telah hadir lebih dari 55 tahun di Indonesia dan sebagai pemuka pasar, maka terasa wajar menerapkan konsep pemasaran berbasis misi (mission marketing), meski ini merupakan suatu pilihan yang jarang ditempuh pemain baru.
Keseriusan dan konsistensi LBS bisa dicermati dari empat jurus yang diungkap Elfi (lihat rangkuman pada tabel) untuk meluruskan pandangan kalangan jurnalis yang terkadang menganggap aktivitas merek hanya komersial melulu. Ia mengakui publikasi media menjadi kunci sukses program LBS yang meraih penghargaan PR of the Year 2006 yang digelar majalah Mix dan memboyong empat penghargaan sekaligus yaitu: Overall, Objective, Strategy, dan Execution untuk kategori Product Brand PR.
Empat Jurus Lifebuoy Berbagi Sehat
no
Jurus/strategi
uraian singkat
1.
Pesan kunci (key message) yang jelas
Konsistensi pesan utama melalui keseluruhan rangkaian kampanye untuk menyuarakan misi sosial tentang pentingnya memiliki lingkungan yang bersih dan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
2.
Menggandeng influencers dari berbagai unsur
Mitra dari kalangan pemerintah, para pakar, lembaga swadaya masyarakat seperti KuIS dan Nurani Dunia
3.
Menggunakan data ilmiah dan terpercaya
Dukungan data dari pihak yang kompeten seperti Statistik Diare dari Dinas Kesehatan atau hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) dan KuIS
4.
Kesinambungan program LBS (sustainability)
Program LBS yang berkelanjutan, bukan insidental atau ad-hoc. Serial program kini telah mencapai empat tahun
Sumber: majalah Mix no. 01/2007:26-27 (wawancara Elfi E. Zurfiana Senior Brand Manager Lifebuoy).
Pada 2007 juga muncul iklan layanan masyarakat LBS dengan visual lima orang bersikap masa bodoh terhadap sampah yang berserakan di jalan sebenarnya menggugah kita untuk lebih peduli pada masalah kebersihan. Narasi iklan itu mengimbau, “Sebenarnya Anda bisa berbuat lebih banyak daripada mereka. Sehat ada di tangan kita, ayo turun tangan!” Ajakan itu disampaikan juga melalui iklan komersial TV (TCV) Lifebuoy: ”Kalau bicara aja sih tidak akan bisa bikin perubahan…” begitu suara anak terdengar dilanjutkan dengan visual aktivitas menjaga kebersihan. Kampanye Lifebuoy memang bukan hanya bicara, namun berujung pada aksi nyata.
Iklan LBS itu mengingatkan kita pada iklan-iklan yang tidak menawarkan produk, tapi berisi nada himbauan, ucapan selamat, pembelaan, atau menunjukan sikap peduli terhadap problema yang dihadapi masyarakat. Iklan yang dikemas dengan unsur edukasi dan berupaya menarik simpati publik itu kini mulai bertaburan di antara ramainya iklan-iklan produk.
Iklan yang dikeluarkan perusahaan untuk menanamkan suatu ide, citra atau kesan tertentu disebut iklan korporat. Namun, bisa saja pesan itu disampaikan melalui iklan produk. Karena ada suatu organisasi atau lembaga yang mengeluarkan, maka dikenal sebagai iklan institusi (instititional ad). Tapi mengingat tujuannya untuk membangun dan memantapkan citra, lalu dinamakan iklan citra (image advertising). Dilihat dari pesan yang disampaikan bersifat pelayanan atau pendidikan, imbauan, atau pembelaan, sehingga disebut iklan layanan masyarakat (ILM) dan iklan anjuran atau pembelaan (advocacy ad).
Fungi iklan semacam itu bukan untuk mengenalkan produk, apalagi membujuk orang untuk membeli. Tapi arahnya sebagai alat kehumasan (public relations/PR) untuk memantapkan citra perusahaan atau memperkuat iklan-iklan produk yang ditawarkan perusahaan. Lebih dari itu, ILM dan iklan pembelaan terkadang digunakan untuk membentuk opini pada kalangan tertentu, misal investor, pialang saham, pejabat pemerintah, mitra usaha, eksekutif dan para profesional, atau khalayak spesifik.
Program LBS memang bukan sekadar imbauan lewat iklan, namun sebuah edukasi panjang yang diupayakan terintegrasi mulai dari iklan anak kerja bakti, kampanye cuci tangan dengan sabun, bahkan pada 2007 diselenggarakan Lifebouy Health Camp sebagai penutup rangkaian Lifebouy berbagi sehat seperti disajikan dalam majalah Mix edisi 10/2007.
Bila dicermati lebih mendalam, program Lifebuoy Berbagi Sehat (LBS) sebenarnya bukan hanya kampanye produk, namun membawa nama baik Unilever sebagai perusahaan yang memayunginya. Secara internal ternyata terjadi transformasi PR seperti dipaparkan oleh Leila Djafaar, Head of Corporate Communications Unilever pada majalah Mix no. 04/2006:63. Menurutnya, semua karyawan menjadi duta perusahaan. Bila dulu lebih berorientasi produksi dan pemasaran, kini untuk mencapai target bisnis melengkapinya dengan PR. Perubahan kultur dalam kaitan berhubungan dengan media atau publik pun terjadi terutama sejak Maret 2003 dari tertutup dan takut, menjadi lebih transparan dan bersahabat.
Posisi strategis iklan korporat atau produk yang berjiwa sosial semacam iklan LBS bisa ditinjau dari kerangka yang dikemukakan Belch & Belch, 2007:563-568 yang membagi iklan korporat (corporate advertising) menjadi empat kategori yaitu: image advertising, event sponsorship, advocacy advertising, dan cause-related advertising. Semua iklan itu diposisikan dalam konteks upaya perusahaan untuk membangun citra dan reputasi, meneguhkan sikap terhadap suatu masalah sosial, atau mengundang keterlibatan masyarakat. Kampanye LBS bukan hanya mengharumkan nama Lifebuoy, tapi di mata sebagian kalangan aktivis, pembentuk opini publik, profesional, dan pejabat, program itu dianggap sebagai wujud kepedulian Unilever terhadap bangsa ini.
Belanja dan Berderma
Gaya pemasaran Lifebuoy yang berdimensi sosial dan empatik itu melibatkan konsumen untuk berpartisipasi, mengajak konsumen untuk menyumbang sambil membeli produk. Warna promosi yang melibatkan konsumen agar merogoh kocek untuk belanja sekaligus berderma demi kemanusiaan atau mengatasi masalah sosial ini makin populer. Perusahaan menerapkan pemasaran berdimensi sosial (cause-related marketing/CRM) dengan menyisihkan sebagian dana dari penjualan atau laba untuk membantu memecahkan problema sosial.
Beberapa promosi CRM bukan saja membebaskan perusahaan untuk menyediakan dana promosi tambahan, tapi malah meraup dana melalui konsumen. Tapi, dana promosi yang dihimpun digunakan untuk menunjukan langkah PR yang peduli. Gaya promosi simpatik semacam itu banyak diterapkan pada era 2000-an. Menjelang akhir 2005 misalnya, Indosat dan Telkom menyisihkan dana dari setiap sambungan telepon untuk disumbangkan kepada masyarakat yang kurang beruntung. Demikian juga Morinaga Peduli Sahabat mengimbau konsumen agar mengumpulkan mainan bekas untuk disumbangkan kepada anak-anak warga miskin. Program Morinaga ini mirip dengan Rinso Kasih yang mengimbau masyarakat untuk menyumbang pakaian bekas laik pakai, lalu dicuci dulu dengan Rinso sebelum disalurkan kepada warga yang membutuhkan.
Disertasi Dr. M. Gunawan Alif, Pemred majalah Cakram yang saya ulas pada majalah alumni ESQ, Nebula no. 03/2007:120-121 memaparkan beberapa contoh CRM dari produk Grup Tempo, perusahaan farmasi yang merayakan ulang tahun ke-50 pada Oktober 2003. Perusahaan menyisihkan Rp50,- dari setiap penjualan produk Hemaviton, Neo-rheumacyl, Bodrex, Bodrexin, dan Marina. Dana yang terkumpul disalurkan melalui Depdiknas sebagai beasiswa bagi para mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir dan kesulitan biaya.
Setahun kemudian, Grup Tempo menyisihkan Rp25,- dari setiap penjualan rangkaian produk Hemaviton periode 12 Oktober hingga 12 November 2004. Dana yang terkumpul disumbangkan untuk korban tragedi bom di Kuta Bali, Hotel JW Marriot dan depan Kedubes Australia.
Lain lagi cara Pfizer mengundang keterlibatan pendengar supaya mengirim SMS melalui acara radio yang disponsori perusahaan agar mereka menyimak pesan-pesan sponsor. Setiap SMS dari pendengar, perusahaan menyumbang Rp10.000,- untuk riset tentang AIDS oleh FKUI. Total dana yang disihkan sebesar Rp200 juta pada 2003.
Gaya promosi yang mengetuk hati nurani konsumen ini menjadi warna tersendiri di antara gebyar hadiah yang ditawarkan perusahaan. Promosi jenis ini penting untuk variasi, karena kita bisa memilah dan mengukur berapa besar konsumen yang loyal kepada produk yang memiliki kepedulian sosial atau membeli bukan karena hadiah semata. Selain itu, menjadi ajang promosi simpatik guna menjaring konsumen yang mau membeli sekalian beramal.
Kini, sebaiknya Anda berani mencoba berpromosi simpatik!
Posisi strategis iklan korporat atau produk yang berjiwa sosial semacam iklan LBS bisa ditinjau dari kerangka yang dikemukakan Belch & Belch, 2007:563-568 yang membagi iklan korporat (corporate advertising) menjadi empat kategori yaitu: image advertising, event sponsorship, advocacy advertising, dan cause-related advertising. Semua iklan itu diposisikan dalam konteks upaya perusahaan untuk membangun citra dan reputasi, meneguhkan sikap terhadap suatu masalah sosial, atau mengundang keterlibatan masyarakat. Kampanye LBS bukan hanya mengharumkan nama Lifebuoy, tapi di mata sebagian kalangan aktivis, pembentuk opini publik, profesional, dan pejabat, program itu dianggap sebagai wujud kepedulian Unilever terhadap bangsa ini.
Petikan Harmoni 19
Pola baru promosi simpatik yang mengundang konsumen untuk terlibat dalam program kepedulian kini mulai diminati produsen. Promosi itu menjadi sarana edukasi dan kehumasan (public relations/PR) yang ampuh untuk merebut simpatik publik, karena selain berusaha menggaet pembeli, sekaligus menanamkan citra perusahaan yang peduli terhadap problema sosial.
Program Lifebuoy Berbagi Sehat (LBS) sebenarnya bukan hanya kampanye produk, namun membawa nama baik Unilever, sebuah edukasi yang terintegrasi mulai dari iklan anak kerja bakti, kampanye cuci tangan dengan sabun, hingga Lifebuoy Health Camp.
Gaya promosi yang mengetuk hati nurani konsumen ini menjadi warna tersendiri di antara gebyar iming-iming hadiah yang ditawarkan perusahaan. Promosi jenis ini penting untuk memilah loyalitas konsumen yang membeli bukan karena hadiah semata.

contoh iklan corporate advertising



Contoh iklan rupa2...

Tanggal
19 Nov 2008
Harga
Rp 99,999 ,-
Kategori
Audio
Sub Kategori
Amplifiers
ID Iklan
3
Deskripsi
Ini adalah contoh iklan rupa2 yang dapat anda buat di koranmobil.com
Identitas Penjual
5550815223222Alamat:ramerame.com system testDKI JakartaJakarta Selatan

NB: Nantinya, di setiap iklannya anda dapat mengobrol ria dengan penjual dan lainnya.
Ya, seperti beriklan di forum, Dengan kelebihan: di koranmobil.com iklannya gampang "dicari" dan gampang untuk digunakan.

Ini adalah deskripsi lengkap iklan rupa2 anda.
Di sini, anda bisa memasukkan foto/gambar dan deskripsi sebanyak yang anda inginkan.
Anda bisa memasukkan spesifikasi barang yang sedang anda jual, misalnya.
Spesifikasi:
Max Power (Watts): 1200
Ad Hoc Power into 4 ohms, THD%: 202
Ad Hoc Power into 2 ohms, THD%: 250
Bridged into 4 ohms, THD%: 500
Signal to noise ratio (dB): 93dBA
Frequency Response (Hz): 5-50kHz
Current Drain at rated output (A): 48A
Width (inch): 15.8
Height (inch): 2.2
Depth (inch): 10.8
Weight (Approximate): 11.4
Fitur:
Class A/B
600W x 2 Max Power Output
202W x 2 into 4 ohms, 20Hz-20kHz, 1.0% THD
Variable 50-300Hz Lo-Pass Filter
-12dB/oct Selectable Slope
250W x 2 into 2 ohms, 20Hz-20kHz, 1.0% TH
Cara Memasukkan Foto/Gambar di sini> Upload foto anda di website penyedia layanan foto seperti imageshare.com> Copy URL foto/gambar anda dengan meng-klik kanan pada gambar dan pilih "Properties"> Klik "Insert/Edit Image" pada menu di bawah text area ini.> Paste URL foto anda pada isian "Image URL"> Voila! Foto/Gambar anda sudah berhasil dimasukkan ke dalam deskripsi lengkap iklan anda.Contoh: Foto/Gambar diambil dari www.wheelmax.com
Cara untuk membuat table di siniUntuk saat ini, fungsi untuk membuat table masih kami kembangkan, mudah-mudahan dalam 2-3 minggu setelah anda membaca ini fungsi table akan kami tayangkan.

Terima kasih. Semoga iklan anda makin cepat lakunya.

Rabu, 05 November 2008

ARTIKEL OPINI PUBLIK

TERBELAHNYA OPINI PUBLIK DI AMERIKA


Pemungutan suara di DPR Amerika Serikat (House of Representatives) mendukung keputusan Presiden Bush untuk menyerang Irak secara unilateral. Tapi rasio hasil voting itu penting dicatat, yaitu 296:133. Voting di Senat pun, yang akan berlangsung dalam satu-dua hari ini, diduga akan menghasilkan proporsi serupa. Jumlah 133 yang menolak ini tentu saja punya makna penting, apalagi diukur dari hasil pemungutan suara tentang serangan atas Afghanistan setahun lalu, yang menghasilkan kebulatan suara, kecuali hanya 1 abstein.

Pemungutan suara di DPR Amerika Serikat (House of Representatives) mendukung keputusan Presiden Bush untuk menyerang Irak secara unilateral. Tapi rasio hasil voting itu penting dicatat, yaitu 296:133. Voting di Senat pun, yang akan berlangsung dalam satu-dua hari ini, diduga akan menghasilkan proporsi serupa. Jumlah 133 yang menolak ini tentu saja punya makna penting, apalagi diukur dari hasil pemungutan suara tentang serangan atas Afghanistan setahun lalu, yang menghasilkan kebulatan suara, kecuali hanya 1 abstein.

Penolakan itu juga mencerminkan apa yang terjadi di tengah masyarakat Amerika. Suasana umum yang tampak, juga berdasar sejumlah jajak-pendapat, menunjukkan adanya porsi besar masyarakat yang menentang atau setidaknya bimbang tentang perlu dan arifnya Amerika menyerang Irak tanpa keikutsertaan negara-negara lain. Kelompok-kelompok di dalam Amerika, seperti American Friends Service Committee, Fellowship of Reconciliation dan lain-lain pun terus aktif menggalang penentangan terhadap rencana aksi sepihak Amerika.

Porsi besar masyarakat Amerika yang menentang itu memang mudah dimengerti, mengingat pidato-pidato Bush guna menjustifikasi tindakannya itu makin lama terdengar makin ganjil. Pernyataan-pernyataan sejumlah pembantu terdekatnya pun (di luar beberapa petinggi yang cukup jelas menyiratkan keberatan mereka terhadap serangan ke Irak tersebut, termasuk Menlu Colin Powell), tak pernah meyakinkan. Mereka, misalnya, tak pernah mampu mengungkapkan alasan-alasan objektif, umpamanya tentang senjata pemusnah massal Irak yang berulang kali disebut, tapi tanpa pernah sedikit pun dipaparkan buktinya.

Dengan kata lain, seperti disebut dalam “Deklarasi Kesadaran Semesta” pada demonstrasi anti-perang oleh puluhan organisasi di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta 8 Oktober lalu, seluruh pernyataan dan dokumen resmi pemerintah Amerika mengenai rencana penyerangan terhadap Irak “tidak dapat dinalar, penuh kontradiksi, sarat semangat kebencian dan nafsu perang, dan tidak ada hubungannya dengan tragedi 11 September, dengan Al Qaida, bahkan tidak ada kaitannya dengan ‘perang melawan terorisme’.”

Rencana penghancuran terhadap Irak itu bertentangan dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang didirikan untuk “menyelamatkan generasi-generasi mendatang dari bencana perang” (Pembukaan Piagam PBB); dan untuk “mengambil langkah-langkah kolektif yang efektif guna mencegah dan melenyapkan ancaman-ancaman terhadap perdamaian” (Pasal 1 ayat 1).

Dalih yang dikemukakan dalam dokumen resmi yang disebut “Doktrin Bush” yang menetapkan “serangan pencegahan” (pre-emptive attack) tersebut juga melawan hukum internasional, karena Piagam PBB mengutuk aksi sepihak yang melampaui perbatasan negara lain tanpa dilandasi alasan untuk membela diri. Dan dalam hal ini, tiada alasan apapun bagi AS untuk membela diri dari Irak, sebab para analis pemerintah dan badan intelijen (CIA) pun tak menunjukkan indikasi bahwa Irak akan menyerang Amerika. CIA malah mengemukakan hal sebaliknya: Jika AS menyerang, mungkin Irak akan mengerahkan semua persenjataan yang dimilikinya untuk membalas (lihat The Nation, 10/9/2002).

Yang juga ganjil adalah bahwa rencana serangan itu tidak disertai pemaparan langkah-langkah yang jelas tentang apa yang akan dilakukan oleh Amerika sesudah serangan itu, katakanlah, berhasil mencapai tujuannya, yaitu melakukan “perubahan rezim” (regime change) di Baghdad. Dan dengan aksi sepihak ini, Amerika juga berarti harus memikul tanggung jawab sendirian untuk memulihkan kembali negeri yang tentunya akan porak poranda itu. Suatu beban ekonomi yang sangat besar atas uang pajak rakyat Amerika.

Perlu diingat bahwa sampai sekarang, sejak lebih dari 10 tahun lalu, Irak ditimpa sanksi ekonomi. Banyak orang kurang menyadari dampak dahsyat sanksi ini, meski kenyataannya hal itu telah menyengsarakan berjuta-juta warga sipil Irak, terutama anak-anak dan perempuan, karena sanksi itu meliputi penghancuran akses terhadap air bersih. Tindakan sanksi ekonomi itu sendiri berlawanan langsung dengan Protokol Tambahan untuk Konvensi-konvensi Jenewa 1977 tentang hukum perang, yang melarang pengepungan ekonomi terhadap warga sipil sebagai metode perang.

Di Amerika sendiri telah terbit cukup banyak studi mendalam yang meneliti dan memaparkan akibat-akibat mengerikan dari sanksi ekonomi tersebut, yang oleh sejumlah badan internasional dan kalangan dokter sukarelawan disebut telah menewaskan tak kurang dari 500.000 jiwa. Sedemikian hebatnya dampak itu, sehingga John dan Karl Muller, dalam artikel mereka di jurnal konservatif Amerika Foreign Affairs (Mei/Juni 1999), menyimpulkan bahwa sanksi tersebut mungkin “merupakan penyebab kematian yang lebih banyak di Irak dibanding pembunuhan yang mungkin terjadi oleh apa yang disebut senjata pemusnah massal di sepanjang sejarah”.

Sanksi ekonomi itu diterapkan dengan logika kepentingan yang sederhana, seraya mengabaikan total dampak-dampaknya bagi rakyat Irak: dengan dibuat sengsara, diduga rakyat Irak akan marah dan menggulingkan presiden mereka—sejenis varian taktik “revolution from within” gaya komunis (sementara “revolution from without”-nya adalah dengan menggalang dan membiayai kelompok-kelompok oposisi Irak di pengasingan oleh CIA).

Taktik yang sepenuhnya menginjak-injak kemanusiaan ini rupanya mengandaikan kepasifan dan ketakberdayaan Saddam Hussein; kenyataan yang muncul adalah sebaliknya: Rezim Irak bisa membalik penyengsaraan itu menjadi keuntungan politik, baik berupa simpati di dalam negeri maupun di arena internasional. Hasilnya: rakyat Irak, seraya makin sengsara, justeru makin sakit hati pada pemerintah AS, dan posisi Saddam justeru menguat berkat simpati rakyat.

Kini kesengsaraan rakyat Irak yang tak terperikan itu ingin dipuncaki dengan meluluh-lantakkan negeri itu dengan peralatan perang paling destruktif yang pernah dikenal oleh umat manusia. Alasan yang dikemukakan pemerintah Amerika adalah karena rezim Irak mengembangkan persenjataan pemusnah massal (senjata kimia, biologi dan nuklir), yang mengancam keamanan internasional; terkadang Bush menyebutnya “ancaman langsung terhadap Amerika Serikat”.

Alasan tersebut tetap dikemukakan meski faktanya senjata pemusnah massal tersebut justeru di masa lalu, di saat berlangsungnya perang Iran-Irak, dikembangkan berkat dukungan penuh pemerintah Amerika sendiri, yang bantuannya meliputi penyediaan bahan-bahan baku, sarana penyimpanan dan tenaga ahli. Fakta-fakta ini telah diungkap oleh badan-badan PBB, lembaga-lembaga nonpemerintah internasional, bahkan oleh sumber-sumber di dalam Kongres Amerika sendiri.

Dan sekarang, hampir dua puluh tahun berselang, apa yang disebut senjata pemusnah massal yang dinyatakan dimiliki Irak itu tak terbukti keberadaannya, namun pemerintah Amerika tetap bersikeras ingin menyerang dengan alasan itu. Padahal, kalaupun benar Irak memilikinya, Amerika tidak punya hak untuk menyerang, sebagaimana Irak tak berhak menyerang Amerika Serikat, meski adikuasa tunggal ini memiliki senjata pemusnah massal dalam jumlah dan skala yang jauh lebih besar.

Maka jelaslah perang ini semata-mata dilakukan untuk mencapai ambisi-ambisi hegemonik dan imperialistik Amerika, sebagaimana yang diindikasikan dengan jelas dalam “Doktrin Bush”, yang menyebut-nyebut “internasionalisme Amerika” ala Presiden Woodrow Wilson. Perang ini seolah dimaksudkan untuk menjadikan semua negara lain sebagai negara bagian dalam Imperium Amerika, yang keperkasaannya jauh melampaui Imperium Romawi.

Dan jika dipandang dari perspektif ancaman, ambisi-ambisi Amerika Serikat untuk menjadi imperium global itulah yang justeru merupakan ancaman yang langsung dan nyata (clear and present danger) terhadap perdamaian, kesejahteraan dunia, dan kemanusiaan semesta.

Histeria di seputar penghancuran terhadap Irak juga mencuatkan sebuah episode penting dalam karir Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld, anggota kabinet Bush yang paling bernafsu menggempur Baghdad. Seperti dituturkan Jeremy Scahill dalam “The Saddam in Rumsfeld’s Closet” (ZNet, 2/8/2002), pada akhir Desember 1983 Rumsfeld diutus oleh Presiden Reagan untuk menemui Saddam Hussein di Baghdad, guna memulihkan hubungan AS-Irak yang rusak sejak perang 1967.

Ia kembali ke Baghdad pada Maret 1984, di tengah kecamuk perang Irak-Iran yang kian brutal. Di saat ia bertemu Menlu Tariq Aziz, menurut UPI, Irak melepaskan senjata gas mustard pada serdadu Iran, seperti disimpulkan oleh tim ahli PBB. Sehari sebelum Rumsfeld kembali ke Washington, Iran kembali mengeluhkan penggunaan senjata kimia oleh Irak di front selatan, menciderai 600 serdadu.

Rumsfeld bungkam belaka meski tahu pasti bahwa senjata-senjata maut itu digunakan oleh pasukan Irak. The New York Times malah melaporkan dari Baghdad pada 29 Maret 1984 bahwa “para diplomat Amerika menyatakan mereka puas dengan pulihnya hubungan AS dan Irak”. Satu setengah bulan kemudian (Mei 1984), Rumsfeld mengundurkan diri; pada November tahun itu hubungan diplomatik AS-Irak pulih total.

Dua tahun kemudian, dalam tulisan tentang niat Rumsfeld untuk menjadi kandidat presiden Republik pada 1988, Chicago Tribune Magazine menyebut bahwa salah satu prestasi Rumsfeld adalah membantu “membuka kembali hubungan AS dan Irak”. Majalah itu tak menyebut bahwa prestasi ini berlangsung ketika, menurut Departemen Luar Negeri AS, Irak sedang aktif menggunakan senjata kimia.



Masalah ini menjadi kontroversi panas di Washington. Duta Besar AS untuk PBB Jeane Kirkpatrick, misalnya, menyebut soal ini “sangat serius” dan karena itu “pemerintah akan membicarakannya dengan sungguh-sungguh”. Rumsfeld tak bersuara. Pada 1998 ia menandatangani “surat terbuka” kepada Presiden Clinton, mengimbaunya untuk melenyapkan “ancaman yang dimunculkan oleh Saddam.”

Kini, meski pemerintahan Bush tak juga sanggup menyajikan bukti apapun tentang kaitan Irak dengan Al Qaida ataupun bukti bahwa Baghdad masih memproduksi bahan-bahan untuk persenjataan kimia dan biologi, Rumsfeld bersikeras bahwa “ketiadaan bukti bukanlah merupakan bukti ketiadaan” (the absence of evidence is not the evidence of absence).

Sungguh mengherankan bahwa pemerintah Amerika, dari masa ke masa, terus meyakini bahwa cara terbaik untuk meraih kepentingan nasionalnya adalah dengan mengutamakan hipokrisi dan standar-ganda semacam itu.[]

product profile 2

Profil Perusahaan

Oriflame didirikan pada tahun 1967 dua orang bersaudara, Jonas dan Robert af Jochnick. Mereka memutuskan untuk memulai bisnis di usia yang masih muda, memiliki ambisi berjiwa wirausaha dan memiliki visi yang kuat. Mereka berdua ingin menciptakan perusahaan kosmetika yang menawarkan jenis kosmetika yang berbeda dari yang telah ada pada waktu itu, yaitu kosmetika berbahan dasar alami.
Dengan memulai metode distribusi produk baru dan inovatif, yaitu menjual produk yang dihasilkannya langsung kepada pelanggan.

Mengetahui bahwa wanita Swedia terkenal akan kecantikan alaminya, mereka berpikir:
“Bagaimana jika kita mengemasnya dalam botol?” Maka mereka mulai memformulasikan produk perawatan kulit berbahan dasar alami dari Skandinavia, seperti cloudberry, birch bark, dan lainnya. Mereka mengembangkan formulasi yang aman, efektif, serta dengan wewangian yang lembut.
Seri perawatan kulit Oriflame Swedish Care diluncurkan dalam waktu singkat. Saat ini, telah digunakan oleh jutaan orang di seluruh dunia.
Sejak awal Oriflame merupakan pelopor “tidak diuji cobakan pada hewan” untuk semua produknya, jauh sebelum industri lain melakukan hal ini.

Sejalan dengan itu Af Jochnick bersaudara mengembangkan dan memulai sebuah metode penjualan langsung dimana Sales Consultant yang terlatih langsung membawa produk langsung ke rumah pelanggan mereka.
Orang senang untuk membeli produk kecantikan alami yang langsung ditunjukkan kepada mereka oleh seorang teman yang telah mereka kenal dan percaya. Para Consultant akan memberikan saran dan kesempatan untuk mencoba produk sebelum membelinya.
Jika pelanggan tidak puas, Oriflame menawarkan garansi uang kembali.

Perluasan wilayah penjualan merupakan konsekwensi alami dari kesuksesan Oriflame di Swedia.
Hanya dalam waktu dua tahun, perusahaan berkembang ke Finlandia, Denmark dan Norwegia, dan pada pertengahan tahun 80-an, Oriflame telah digunakan oleh wanita di negara-negara yang sangat jauh seperti di Indonesia.
Untuk memenuhi permintaan, pabrik Oriflame yang pertama didirikan di Dublin, Irlandia pada tahun 1978. Ini membuat perusahaan makin dapat fokus pada pengembangan formulasi perawatan kulit, dan kosmetika yang terbukti efektif dan aman, berbahan dasar alami.

Pembukaan cabang di negara Eropa Timur pada tahun 1990 memberikan peluang besar bagi Oriflame untuk menguasai pasar dengan kualitas produknya, harga yang terjangkau serta sistem penjualannya yang unik. Pabrik kedua di Warsawa pun didirikan pada tahun 1995 untuk memenuhi permintaan yang meningkat secara drastis.

Tahun 90-an telah menunjukkan perkembangan spektakuler dalam sejarah perusahaan, total penjualan naik hingga 500%, menjadikan Oriflame sebagai perusahaan dengan sistem penjualan langsung yang paling cepat berkembang di dunia.
Tahun 1997 Oriflame Eastern Europe S.A. dan Oriflame International S.A. melebur menjadi satu untuk menggabungkan sumber daya masing-masing untuk menghadapi tantangan investasi di tahun-tahun mendatang.

Bisnis Oriflame telah berkembang dengan sukses di seluruh dunia. Sekarang, perusahaan telah beroperasi di 5 benua dan lebih dari 60 negara, dari Peru hingga Vietnam, dari Russia hingga Morocco. Expansi yang agresif dimulai pada awal tahun 90-an membuat perusahaan berkembang delapan kali lipat hanya dalam sepuluh tahun.

Fakta tentang Oriflame :

  • Didirikan pada tahun 1967 di Swedia
  • Terdaftar pada bursa saham Stockholm (Stockholm Stock Exchange)
  • Kini telah berada di lebih dari 60 negara di dunia
  • 1.600.000 Consultants tersebar di seluruh dunia
  • 4.200 karyawan di seluruh dunia
  • Penjualan tahunan mencapai 600 juta EURO
  • Oriflame mencetak 72 juta katalog dalam 35 bahasa dalam setahun

poduct profile 1

Profil KFC Image

PT. Fastfood Indonesia, Tbk. Didirikan oleh Kelompok Usaha Gelael pada tahun 1978, dan terdaftar sebagai perusahaan publik sejak tahun 1994. Perseroan mengawali usaha warabala dengan pembukaan restoran KFC pertama pada bulan Oktober 1979 di Jalan Melawai, Jakarta. Keberhasilan restoran QSR (Quick Service Restaurant) pertama ini kemudian diikuti dengan pembukaan restoran KFC di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Sebagai pemegang hak waralaba tunggal KFC hingga saat ini, Perseroan senantiasa membangun brand KFC dan berbekal keberhasilan Perseroan selama 26 tahun, KFC telah menjadi brand hidangan cepat saji yang paling dominan, dan dikenal luas sebagai jaringan restoran cepat saji di negeri ini. Pada saat ini Perseroan memiliki 237 restoran, termasuk 1 unit mobi catering, di lebih dari 50 kota besar di Indonesia, memperkerjakan sekitar 9.280 karyawan dengan total penjualan lebih dari Rp1,028 triliun pada akhir 2005.

Perseroan adalah perusahaan publik yang terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Jakarta dengan kepemilikan saham mayoritas sebesar 79,2% oleh PT. Gelael Pratama (43,6%) dan PT. Megah Eraraharja (35,6%), dan sisa saham lainnya sebesar 20,8% oleh Publik (20%), dan Koperasi (0,8%). PT. Gelael Pratama adalah Kelompok Usaha Gelael sebagai pendiri KFC di Indonesia, sementara PT. Megah Eraraharja adalah anak perusahaan Kelompok Salim yang bergabung dengan Perseroan sebagai pemegang saham mayoritas pada tahun 1990.

Perseroan memperoleh hak waralaba KFC dari Yum! Brands Inc., perusahaan restoran yang memiliki system unit terbesar di dunia. Yum! Brands Inc. (dulu dikenal sebagai Tricon Global Restaurants) adalah pemilik waralaba merek dagang KFC, Pizza Hut, Taco Bell, A&W dan Long John Silvers. Nama Yum! terpilih karena melambangkan harapan perusahaan untuk memberikan kepuasan ‘Yum!’ di wajah para konsumennya di seluruh dunia. Dengan lima merek dagang yang beroperasi di bawah naungan satu perusahaan yang sama, Yum! akan menjadi yang terbaik dalam memberikan berbagai pilihan kepada konsumen, dan secara pasti akan memimpin dalam usaha multi-branding. KFC, sebagai pemimpin global dalam kategori restoran cepat saji yang menyajikan produk ayam dan produk lain yang berkaitan dengan daging ayam, secara khusus dimiliki oleh Kentucky Fried Chicken International Holdings, Inc., di Louisville, Kentucky (salah satu dari merek dagang Yum! Brands Inc.).

Produk unggulan Perseroan, Colonel’s Original Recipe dan Hot & Crispy Chicken, tetap merupakan ayam goreng paling lezat menurut berbagai survey konsumen di Indonesia. Dapat dipahami jika produk unggulan KFC berkualitas tinggi ini dapat diterima baik di Indonesia, sebuah negara dengan konsumsi daging ayam jauh lebih tinggi daripada daging jenis lain. Selain menyajikan produk unggulannya, KFC juga memenuhi selera konsumen lokal dengan menawarkan menu pilihan seperti Perkedel, Nasi, Salad dan Jagung Manis, serta produk lain-lain seperti Crispy Strips, Twister, dan Spaghetti, yang diterima dengan sangat baik oleh pasar kita. Untuk memberikan nilai tambah kepada konsumen, menu kombinasi hemat dan bermutu seperti KFC Attack dan Super Panas senantiasa ditawarkan. Pengembangan brand melalui pengenalan produk-produk baru, produk lanjutan, dan promosi paket murah meriah (secara permanent atau waktu terbatas) memberi kontribusi besar terhadap pertumbuhan KFC dan meningkatkan diferensiasi brand KFC yang kompetitif.

Untuk memonitor posisi pasar dan kinerja Perseroan secara keseluruhan, sebuah survei yang disebut dengan Brand Image Tracking Study (BITS) rutin diadakan sejak tahun 1998. Survei ini dilakukan setiap kwartal dan dikelola oleh sebuah perusahaan survei untuk mengetahui persepsi konsumen dan brand image perusahaan sejenis dalam industri hidangan cepat saji. Studi ini mengungkapkan bahwa KFC secara konsisten berada pada posisi tertinggi dan paling menonjol dalam benak konsumen untuk ‘Top of Mind Awareness’ dibandingkan dengan merek utama lainnya. Selain itu, Perseroan juga melakukan studi Customer Experience Monitoring (CEM) untuk mengetahui bagaimana pengalaman konsumen terhadap pelayanan dan fasilitas KFC, dan studi CHAMPSCHECK untuk menilai kualitas pelayanan dan fasilitas yang tersedia di KFC. Perseroan menerima penghargaan KADIN Award 2005 di bidang Pariwisata untuk kategori restoran. Surat Penghargaan ini dianugerahkan oleh Kamar Dagang & Industri dari pemerintah DKI Jakarta untuk perusahaan-perusahaan dalam kategori hotel, restoran & hiburan yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pemasukan pemerintah setempat, dan juga atas perhatian yang besar dalam memelihara dan melindungi kelestarian lingkungan.

Perseroan sepenuh hati dengan komitmen untuk mempertahankan visi kepemimpinan dalam usaha restoran cepat saji, dengan terus memberikan kepuasan ‘Yum!’ kepada konsumen. Dukungan para pemegang saham, keahlian manajemen, loyalitas dan dedikasi karyawan, serta kontinuitas kunjungan konsumen, dapat membantu tercapainya visi ini. Perseroan yakin bahwa dengan menciptakan dan membangun satu budaya yang kokoh dimana setiap orang di Perusahaan membuat perbedaan, membentuk opini konsumen & sales mania, memberikan diferensiasi brand yang kompetitif, menjalin kontinuitas hubungan dengan masyarakat, serta mempertahankan konsistensi keberhasilan yang telah dicapai, pada akhirnya akan menjadikan KFC sebuah brand yang paling digemari di seluruh Indonesia, dan sebuah perusahaan yang baik dan kokoh.

Minggu, 26 Oktober 2008

Tugas Pr di perusahaan

Juni 2008
Kehadiran public relations (PR) bagi suatu instansi atau organisasi dirasa penting dan menjadi sebuah keharusan. PR dituntut untuk menjembatani komunikasi antara manajemen dengan karyawan, juga perusahaan dengan pihak luar. Caranya?
Keberadaan PR di suatu perusahaan tidak boleh dipandang remeh. Seperti kita ketahui, tugas PR salah satunya adalah menjaga hubungan harmonis antara karyawan dengan perusahaan, dan perusahaan dengan pihak luar. Misalnya, menciptakan komunikasi yang efektif, keserasian hubungan antara pimpinan dan bawahan, baik secara horizontal maupun vertikal, sehingga dapat memperkuat kerja sama tim. Di sisi lain, PR juga diharapkan dapat membentuk citra yang positif tentang perusahaan.
Di antara banyak perusahaan, PT Unilever Indonesia Tbk. layak dijadikan contoh. Kenapa? Di perusahaan ini PR telah berperan sebagai partner bagi manajemen dan karyawan. Maria Dewantini Dwianto, Head of Corporate Communication PT Unilever Indonesia Tbk. menjelaskan, fungsi PR di Unilever berada di Direktorat Corporate Relation (CR). Setidaknya ada tiga tugas utama yang diemban departemennya, yakni protecting, preempting dan promoting.
“Semua tugas CR nggak jauh-jauh dari reputasi perusahaan. Dia (Corporate Relation) bertugas mem-protect reputasi dan mem-preempt seandainya ada isu. Kami sudah siap dan mempromosikan yang positif mengenai perusahaan,” ujarnya kepada HC saat ditemui seusai konferensi pers di Hotel Shangri La, Jakarta, akhir bulan lalu. Wanita yang akrab disapa Mia ini menambahkan, di masing-masing fungsi CR ada bagian lain yang berperan memastikan bahwa fungsi ini berjalan dengan baik.
Sekadar gambaran, CR di Unilever terdiri atas dua departemen, yakni Corporate Communications dan Yayasan Unilever Peduli. Yang disebut terakhir ini bergerak dalam menangani soal Corporate Social Responsibility (CSR). Sementara Corporate Communications yang dinahkodai Mia memiliki tiga divisi, yaitu divisi internal communications, external communications dan public affair atau Government Relation. Jumlah karyawan di Departemen Corporate Communication sekitar 13 orang.
Saat ini tugas Mia di antaranya adalah membawahi berbagai isu manajemen. Menurut Mia, ini termasuk dalam fungsi protect. Tugasnya adalah melindungi perusahaan dari segala macam isu atau permasalahan yang muncul, baik dari internal maupun eksternal perusahaan. “Kalau di external communication ada yang namanya preempt. Yaitu mengantisipasi isu-isu yang saat ini belum ada, tapi kemungkinan muncul di kemudian hari. Bisa dibilang, kami menjadi mata dan telinga perusahaan,” ujarnya menjelaskan.
Sementara itu, peran internal communication tidak kalah penting. “Kami merasa bahwa semua karyawan Unilever adalah ambassador bagi perusahaan,” tuturnya. Karena itu, Corporate Communication harus bisa mengomunikasikan dengan baik mengenai kondisi perusahaan kepada karyawan, agar mereka merasa nyaman bekerja di Unilever. “Mereka (karyawan) bisa menjadi duta kami untuk bersuara di luar,” katanya. Internal communication juga harus melakukan upaya untuk dapat memecahkan permasalahan dalam lingkungan interen perusahaan, seperti memelihara hubungan baik antara pimpinan dengan bawahan serta mengadakan komunikasi teratur dan tepat guna dalam perusahaan secara vertikal dan horizontal.
Peran Corporate Communication di Unilever sebagai jembatan komunikasi antara manajemen dengan karyawan, bisa dilihat, misalnya, saat menyosialisasikan penerapan Code of Business Principle (COBP) kepada karyawan. COBP ini merupakan program yang dikeluarkan oleh perusahaan mengenai prinsip kode etik berbisnis yang harus ditaati oleh semua karyawan.
Dalam hal ini, Corporate Communication harus bisa memastikan bahwa COBP ini tidak hanya perlu diketahui karyawan, tapi mereka pun harus memahami isinya. “Saya dengan bagian internal communication akan cari akal bagaimana caranya menyosialisasikan COBP. Kami cari segala macam cara, bisa melalui booklet, bikin acara atau aktivitas tertentu yang berkaitan dengan COBP. Jadi, caranya bisa macam-macam,” papar Mia.
Sejauh ini, komunikasi internal yang ia nilai efektif selain memberi booklet, juga mengirim informasi melalui email secara rutin. “Kalau ke karyawan harus sering diingatkan. Kami juga memberi reminder, bahwa ini ada peraturan yang harus ditaati,” ungkapnya. Di samping itu, lanjutnya, bisa juga dibuat semacam kegiatan. Misalnya, COBP sempat dijalankan bersamaan dengan acara 17 Agustusan. “Saat itu kami bikin di lobby kantor. Kami buat pohon-pohonan, kemudian karyawan diminta menulis di secarik kertas suatu sikap yang menurut karyawan mendukung COBP atau malah melanggar COBP,” ujarnya.
Langkah tersebut, menurut lulusan Sastra Inggris UI, ini merupakan salah satu faktor pendorong employee engagement (keterikatan karyawan) di perusahaan. Dengan demikian, peran Corporate Communication tidak hanya sekadar satu arah dalam berkomunikasi dengan karyawan. Lebih dari itu, Corporate Communication dapat memberikan keterikatan kepada karyawan untuk ikut serta dalam program perusahaan. “Supaya mereka juga tahu bahwa ini adalah masalah kita semua yang harus kita handle bersama,” tuturnya.
Saat ditanya mengenai kendala yang dihadapi di komunikasi internal, Mia menjelaskan, selama ini tantangannya lebih kepada soal pengetahuan dan lokasi. Jelas ada perbedaan dalam cara berkomunikasi antara jajaran direktur dengan buruh di pabrik. Ini lantaran level of knowledge-nya berbeda. Sedangkan dari segi lokasi, Unilever memiliki pabrik yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Dalam hal jarak, cara mengatasinya adalah dengan memanfaatkan teknologi. “Kami coba atasi dengan video conference. Misalnya, kami bikin suatu pertemuan yang diadakan di head office, tapi bisa diikuti oleh teman-teman di area lain. Nah, dengan memanfaatkan teknologi masalah jarak bisa teratasi,” ungkapnya.
Diakui Mia, masing-masing divisi Corporate Communication saat ini memiliki pekerjaan rumah yang harus dituntaskan. Di antaranya, memastikan efektivitas dari komunikasi internal. Selama ini banyak channel yang dilakukan Unilever dalam komunikasi interen, misalnya melalui news letter, intranet, portal, flyer, poster dan email. “Jadi, kita harus menemukan cara untuk melihat mana yang paling efektif. Zaman terus berubah. Suatu cara yang dulu dianggap efektif, sekarang bisa saja dipandang tidak efektif lagi. Jadi, harus selalu ada cara baru,” Mia menerangkan.

pers release 2

MAYDAY HARI HARAPAN
Sejak zaman purbakala, tanggal 1 Mei memiliki arti khusus bagi orang-orang yang tinggal di belahan utara bumi. Tanggal 1 Mei adalah awal dimulainya musim panas.
Dalam kebudayaan Celtic ada festival Beltane,festival yang dirayakan pada 1 Mei.Saat itulah ternak dilepas di padang rumput yang sedang subursuburnya di musim panas.Pada perayaan ini, para pemimpin spiritual Celtic akan menyalakan api unggun raksasa di tengah permukiman sebagai perlambang harapan akan datangnya panen berlimpah di bulan-bulan yang akan datang.
Orang-orang dari kebudayaan Germanik memiliki festival musim panas, yang berlangsung sejak malam 30 April sampai 1 Mei. Pada malam 30 April, orang menyalakan api unggun besar untuk menangkal sial dan gangguan roh-roh jahat. Dengan begitu, tanggal 1 Mei menjadi hari dengan harapan baru muncul, bebas dari kesialan dan roh jahat.Masih banyak festival seperti ini di seluruh Eropa, baik pada zaman pra-Nasrani maupun setelah agama Nasrani meresap ke seluruh tatanan masyarakat.
Jadi,sudah sejak lama sekali tanggal 1 Mei menjadi sebuah tanggal yang melambangkan harapan akan hari depan, yang bebas dari keterikatan, bebas dari kekuatan jahat,bebas dari beban penderitaan hidup.Gereja Katolik tentu berusaha melarang perayaan festival pemujaan dewadewa semacam ini.Tapi sebagaimana halnya upaya pelarangan tradisi yang banyak terjadi di seluruh dunia, upaya ini tidak sepenuhnya berhasil. Perayaan-perayaan ini terus dilangsungkan di seluruh Eropa sampai 1700-an.
Kelanjutan Tradisi
Tradisi perayaan Mayday tradisional di Eropa diteruskan oleh masyarakat perkotaan yang kebanyakan terdiri atas para perajin yang tergabung dalam gilda-gilda.Pada hari itu, masyarakat perkotaan akan mengadakan pesta, memilih seorang “Ratu Mei” yang akan menjadi perlambang rezeki baik dan menobatkan seorang Robin Goodfellow, Lord of Misrule.Robin Goodfellow ini akan dijadikan raja sehari dan dijadikan bahan olokolok oleh seluruh peserta pawai.
Untuk satu hari, pada hari perayaan 1 Mei,Mayday,”Raja menjadi sasaran olok-olok”. Tentu saja, para bangsawan dan jajaran penguasa lainnya memandang perayaan ini dengan rasa tidak senang–aroma pemberontakan di dalamnya terlalu keras untuk diabaikan begitu saja. Jadi,nasib perayaan yang muncul dalam bentuk baru ini pun mendapat tentangan dari para penguasa.
Upaya-upaya pemerintah dan Gereja untuk memberangus perayaan ini berlangsung di mana-mana. Bahkan di Inggris, perayaan Mayday dinyatakan sebagai aktivitas terlarang pada 1600-an. Tongkat estafet untuk perayaan Mayday diambil oleh gerakan buruh. Kelas buruh, yang muncul sebagai akibat peralihan sistem produksi gilda menjadi sistem industrial, mewarisi semangat penentangan terhadap kekuasaan yang dilambangkan oleh perayaan Mayday dari para pendahulu mereka.
Karena itu tidaklah mengherankan bahwa seruan demonstrasi pada 1 Mei 1886 yang dikuman dangkan oleh Knights of Labor, salah satu serikat buruh terpenting di Amerika Serikat di abad ke- 19, disambut oleh ratusan ribu pekerja di sana. Demonstrasi yang dilangsungkan di seluruh Amerika pada 1 Mei 1886 itu adalah hasil sebuah kampanye terorganisir untuk memangkas jam kerja menjadi hanya delapan jam sehari.
Kampanye ini sudah dimulai di era 1860-an,segera setelah selesainya perang sipil yang menghan curkan sistem perbudakan di Negeri Paman Sam itu. Kampanye perbaikan upah memang sering lebih disorot,namun bagi buruh, upah setinggi apa pun tidak akan banyak gunanya jika mereka diharuskan bekerja dua belas sampai lima belas jam di pabrik-pabrik– jauh di atas kemampuan normal manusia untuk bekerja.
Bahkan kerja delapan belas jam bukan satu hal yang jarang dijumpai di tengah industri Eropa dan Amerika Serikat masa itu. Kelelahan yang akut akan membuat seseorang tidak lagi dapat menikmati hasil cucuran keringatnya sendiri. Di samping itu,karena waktu terjaga dihabiskan untuk bekerja, seorang buruh tidak akan lagi memiliki waktu untuk olah jiwa, untuk rekreasi, untuk mengem bangkan diri, dan kepribadian.
Seorang buruh benar-benar menjadi sebuah mesin, yang akan digantikan begitu saja demikian mesin itu mengalami keausan. Karena itu, kampanye untuk pemotongan jam kerja merupakan salah satu kampanye terpenting untuk menjamin kesejahteraan buruh. Kampanye peningkatan upah, tanpa diimbangi dengan kampanye pemotongan jam kerja, tidak akan berarti banyak bagi peningkatan kesejahteraan buruh.
Peristiwa Haymarket Square, yang sering ditunjuk sebagai patokan bagi perayaan Mayday di masa modern, merupakan bagian dari sebuah aksi nasional yang berlangsung di seluruh Amerika Serikat. Aksi ini dipersiapkan selama setahun oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions dan Knights of Labor.
Di seluruh Amerika Serikat, represi oleh kepolisian berlangsung di seluruh kotakota industri, namun di Chicagolah represi berlangsung paling keras dan menimbulkan korban tewas,baik di pihak buruh maupun polisi. Pengadilan yang dilangsungkan sesudahnya atas para pimpinan demonstrasi di Haymarket Square menghasilkan hukuman gantung bagi Albert Parsons, August Spies, George Engle, dan Adolph Fischer.
Perlambang Harapan
Walau demikian, sekalipun 1 Mei 1886 berakhir dengan banyak kekalahan di pihak gerakan buruh, tuntutan delapan jam kerja yang kemudian dikumandangkan tiap tahun pada 1 Mei akhirnya mengalami kemenangan di mana-mana. Saat ini, kalau pekerja di seluruh dunia menikmati delapan jam kerja sehari, seharusnya mereka mengingat bahwa salah satu tonggak penting perjuangan untuk mencapai itu dirayakan tiap tahun pada tanggal 1 Mei.
Sejak zaman purbakala, Mayday telah menjadi hari di mana pengorbanan diberikan, untuk menum buhkan harapan dan membangkitkan tenaga juang untuk meraih hari depan yang lebih baik. Perayaan 1 Mei telah diwariskan dari zaman ke zaman, lewat generasi demi generasi, untuk selalu menjaga api harapan berkobar di dada mereka yang berjuang demi kesejahteraan, demi masa depan yang lebih cerah dan gemilang.(*)

editorial 2

-10-2008 18:00 WIB



























Hilangkan strecht mark dengan kopi
penulis:purwanti
Bagi Anda yang baru saja melahirkan, tentu penampilan Anda terganggu dengan hadirnya stretch marks atau selulit yang hadi pasca melahirkan. Ada satu perawatan yang dapat Anda lakukan untuk mengurangi bahkan menghilangkan selulit tadi.
Kopi selain dikonsumsi juga memiliki manfaat yang digunakan di luar tubuh. Kopi bubuk hitam yang biasa kita sebut dengan kopi tubruk, bisa digunakan untuk perawatan tersebut.

Caranya, Anda siapkan ampas kopi bubuk hitam secukupnya, lalu gosokkan perlahan pada bagian tubuh yang mengalami selulit. Lakukan rutin, agar hasilnya maksimal.

Selain mampu menghilangkan selulit, bubuk kopi disinyalir juga dapat memperbaiki sirkulasi darah, menghaluskan kulit, anti-oksidannya mampu mencegah penuaan dini, detoksifikasi, mempercepat pengelupasan sel-sel kulit mati, sehingga kulit menjadi cerah dan lembut.

Saat ini sudah banyak salon-salon kecantikan yang menawarkan scrub kopi atau lulur kopi dengan harga yang cukup terjangkau dan dengan perawatan maksimal. Seperti di Bale-bale Tradisonal Spa dan Air Cantee Spa, jika Anda berada di luar negeri khususnya Amerika Serikat, ada banyak varian scrub kopi. Seperti produsen scrub di Michigan, AS, Indira Skin Care, membuat scrub coffee latte dengan ekstrak minyak kelapa dan teh hijau.

advetorial

Program Atlet Andalan Jangan Setengah Hati
Oleh admin
Minggu, 19-Oktober-2008, 10:19:31
328 klik



Olimpiade Beijing 2008 menunjukkan bagaimana negara-negara besar membangun olahraganya. Cina sukses menjadi peringkat pertama Olimpiade 2008 dengan 51 keping emas. Amerika Serikat kali ini harus puas berada di peringkat dua dengan 36 emas. Namun, Amerika masih unggul dalam jumlah pengumpulan medali, 110 medali. Baik Cina, AS, Rusia, Inggris, Jerman, maupun Australia memiliki program atlet andalan yang direncanakan dan terorganisasi secara sistematis.
Oleh: Fritz E. Simandjuntak Olimpiade Beijing 2008 menunjukkan bagaimana negara-negara besar membangun olahraganya. Cina sukses menjadi peringkat pertama Olimpiade 2008 dengan 51 keping emas. Amerika Serikat kali ini harus puas berada di peringkat dua dengan 36 emas. Namun, Amerika masih unggul dalam jumlah pengumpulan medali, 110 medali. Baik Cina, AS, Rusia, Inggris, Jerman, maupun Australia memiliki program atlet andalan yang direncanakan dan terorganisasi secara sistematis. Sejak politik diplomasi pingpong tahun 1971 serta kembali diterimanya Cina sebagai anggota IOC tahun 1979 sejalan dengan kebijakan politik luar negeri Cina untuk membuka diri dengan dunia internasional, maka Cina langsung bertekad untuk menjadi yang terbaik di Olimpiade. Untuk itu, Cina meluncurkan program atlet andalan dengan sebutan “juguo tichi”. Dalam hal ini, kendali manajemen pelatnas sepenuhnya berada di tangan pemerintah pusat dan seluruh pemerintah daerah diwajibkan mendukung program ini. Hal pertama yang dilakukan Cina adalah membangun fasilitas latihan yang dilengkapi dengan peralatan modern dan laboratorium untuk penerapan iptek olahraga, termasuk fasilitas olahraga di sekolah dan perguruan tinggi. Dengan menyesuaikan postur kebanyakan orang Cina, maka mereka fokus pada cabang olahraga yang membutuhkan refleks, kecepatan dan kelenturan tinggi, seperti senam, tenis meja, bulutangkis, dan loncat indah, serta beberapa cabang yang sangat tergantung pada penilaian juri. Melengkapi program tersebut, mulai tahun 2001 Cina juga meluncurkan program 119 yang lebih difokuskan pada beberapa cabang yang bukan jadi unggulan Cina tetapi jumlah medali emas yang diperebutkan sangat banyak, yaitu mencapai 119 emas. Termasuk dalam program 119 ini antara lain cabang atletik, renang, layar, dan kano. Untuk mencapai ambisi tersebut, Cina menyediakan dana sebesar US$ 4,8 miliar di mana 90% digunakan untuk membayar uang saku atlet dan pelatih serta perlengkapan latihan. Program atlet andalan juga menjadi perhatian serius pemerintah Australia. Sejak tahun 1981 pemerintah Australia membangun fasilitas pemusatan latihan modern di Canberra yang diberi nama Australia Institute of Sport (AIS) di atas tanah seluas 65 hektar. Dilengkapi dengan laboratorium penelitian dan medis, AIS mulai membina 150 calon atlet andalan dari beberapa cabang, seperti renang, atletik, angkat besi, senam, bola basket, bola tangan, sepakbola, dan tenis. Setiap tahun AIS merekrut 600 atlet dari 25 cabang olahraga untuk ditempa menjadi atlet dunia dengan dukungan dana dari pemerintah dan pihak swasta. “Sport is the first form of Australian foreign policy”. Keberhasilan Australia itu ditiru Inggris, yang pada 1999 meluncurkan dua program untuk mempercepat prestasi atlet Inggris di Olimpiade. Pertama, membangun pusat latihan modern UK Sport Institute (UKSI) di 10 daerah. Kedua, meluncurkan program World Class Performance, yang fokus pada penggalangan dana baik melalui sponsorship maupun undian berhadiah. Sementara itu, pembinaan atlet di AS selalu berkaitan dengan pendidikan. Kompetisi olahraga antarsekolah dan universitas sangat padat dan seorang yang ingin menjadi atlet disyaratkan memperoleh nilai baik dalam pelajarannya. Pembinaan olahraga melalui sekolah dan universitas dikoordinasi oleh National Collegiate Athletic Association (NCAA), yang didirikan pada 1906. Para atlet dibina untuk menjadi atlet dunia, Olimpiade, dan profesional. Para atlet tersebut bisa saja menerima sponsor pribadi. Tiger Wood, Shaquille O’Neal, Lindsay Davenport, Michael Phelps adalah atlet-atlet yang selain menapak karier di olahraga, juga tetap bersekolah di perguruan tinggi. Atlet Andalan Indonesia Bagaimana dengan Indonesia? Sejak berakhirnya SEA Games 2007, pemerintah mencanangkan program atlet andalan (PAL). Diperkirakan ada 100 atlet andalan yang dipersiapkan untuk menghadapi SEA Games 2011. Biaya yang dibutuhkan untuk mempersiapkan atlet tersebut bisa mencapai Rp 700 miliar. Karena untuk 2011, jelas targetnya adalah meraih kembali kejayaan Indonesia sebagai negara terbaik di Asia Tenggara dalam bidang olahraga. Ada beberapa kelemahan dari program ini. Pertama adalah mengapa defining victory hanya di tingkat SEA Games dan bukan Olimpiade? Selama ini memang tidak jelas fokus utama pemerintah dan KONI/KOI. Kita semua tahu bagaimana minimnya persiapan atlet dalam menghadapi Olimpiade Beijing 2008. Peluang Lisa Rumbewas mengukir sejarah dengan menjadi atlet pertama Indonesia yang meraih medali di 3 Olimpiade gagal karena kurang bertanding. Tidak jelasnya fokus dan prioritas pemerintah dan KONI/KOI juga terlihat dari keputusan menjadi tuan rumah Asian Beach Games (ABG), 18-25 Oktober 2008 di Bali. Dana yang dibutuhkan untuk olahraga yang sifatnya rekreasi dan hiburan ini bisa mencapai lebih dari Rp 300 miliar. Untuk penyelenggaraan, pemerintah membantu dana sekitar Rp 150 miliar, sementara untuk pemusatan latihan sekitar Rp 21 miliar. Padahal untuk Olimpiade 2008 pemerintah hanya mengalokasikan Rp 35 miliar. ABG, yang diselenggarakan di tepi pantai, di mana prestasi dan rekam jejaknya pun akan hilang tertiup angin, malah mendapat dukungan dana yang lebih besar daripada persiapan Olimpiade. Kedua, di manakah 100 atlet andalan Indonesia berlatih? Sejak berubahnya kompleks olahraga Senayan menjadi pusat perbelanjaan, Indonesia praktis tidak memiliki pusat latihan nasional yang terpusat di satu lokasi, berfasilitas modern termasuk peralatan, laboratorium, dan medis. Ketiga, struktur dan personel yang duduk di program atlet andalan kita ternyata tidak penuh waktu. Bahkan banyak personel yang merangkap jabatan di induk organisasi dan KONI/KOI. Proses pembinaannya pun bisa akan kita duga. Selain tidak fokus, juga terjadi konflik kepentingan karena ingin mengajukan cabang dan atletnya sendiri ikut dalam program ini. Keempat, program atlet andalan adalah puncak dari proses pembinaan atlet. Mereka dapat dikategorikan sebagai atlet yang dilatih untuk memenangkan setiap pertarungan (train to win). Pertanyaannya, bagaimana dan apa program pemerintah dalam pembinaan atlet di akar rumput (fundamental train), yaitu di sekolah-sekolah dasar dan menengah? Kelemahan-kelemahan mendasar di atas mestinya sudah harus ada jawabannya terlebih dulu baik oleh pemerintah maupun KONI/KOI sebelum meluncurkan meluncurkan program atlet andalan. Karena itu, petinggi olahraga di Indonesia harus sepakat dulu tentang model percepatan prestasi atlet yang akan diterapkan. Model apa pun yang diambil harus dimulai dari menentukan defining victory dari pembinaan atlet andalan yang tertinggi. Janganlah ambil model di mana defining victory karena ambisi pribadi. Inilah yang membuat olahraga Indonesia semakin ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri

Rabu, 15 Oktober 2008


Hotel Horison Semarang

Berdiri 22 November 2002 dan berlokasi di jantung kota, Hotel Horison Semarang hadir sebagai partner klien di mana semua event dapat terselenggara di dalamnya. Bila Anda datang ke kota lumpia, salah satu destinasi yang wajib dikunjungi adalah kawasan Simpang Lima. Inilah kawasan belanja di jantung Kota Semarang. Di sini, setidaknya 4 mal berdiri megah. Juga sejumlah hotel, salah satunya Hotel Horison Semarang.
Selama enam tahun beroperasi, hotel yang tergabung dalam Metropolitan Golden Management Group ini selalu memperoleh tingkat hunian kamar tertinggi di Semarang, lebih dari 75 persen per bulan. “Tahun 2007 kemarin kami menutup occupancy tahunan 79 persen,” kata A. Retnowati Executive Assistant hotel ini.
Hotel Horison Semarang

editorial


Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis alumni Jerman,atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana . Demikianlayak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.
Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliahsaya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosensangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orangmemilikinya.

Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama “Smiling.”Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepadatiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka.Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Sayaadalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum padasetiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.
Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anakbungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoranMcDonald’s yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingindan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela danmeminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat dudukyang masih kosong.
Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiaporang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semulaantri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihatmengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya membauisuatu “bau badan kotor” yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakangsaya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dantidak mampu bergerak sama sekali.
Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebihpendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang “tersenyum”kearah saya.Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasihsayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima‘kehadirannya’ ditempat itu.
Ia menyapa “Good day!” sambil tetap tersenyum dan sembari menghitungbeberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan.Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya‘tugas’ yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkantangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segeramenyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelakidengan mata biru itu adalah “penolong”nya. Saya merasa sangat prihatinsetelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal sayabersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai didepan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin sayapesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelakibermata biru segera memesan “Kopi saja, satu cangkir Nona.” Ternyata darikoin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudahmenjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran danmenghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya keduaorang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpakubeberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempatduduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedangmengamati mereka. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saatitu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pastijuga melihat semua ‘tindakan’ saya.
Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketigakalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan mintadiberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada dicounter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduksuami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalanmelingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untukberistirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, danmeletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bematabiru itu, sambil saya berucap “makanan ini telah saya pesan untuk kalianberdua.”
Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basahber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata “Terima kasih banyak, nyonya.”Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata“Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga beradadi sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untukmenyampaikan makanan ini kepada kalian.”

Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluklelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedualelaki itu.
Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkanmereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempatduduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis sayasambil tersenyum dan berkata “Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkandirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan ‘keteduhan’ bagi dirikudan anak-2ku! ” Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itukami benar2 bersyukur dan menyadari,bahwa hanya karena ‘bisikanNYA’ lah kamitelah mampu memanfaatkan ‘kesempatan’ untuk dapat berbuat sesuatu bagi oranglain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akanmeninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satupersatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin ‘berjabat tangan’ dengankami.
Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap“Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yangberada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akanlakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami.”

Saya hanya bisa berucap “terimakasih” sambil tersenyum. Sebelum beranjakmeninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu,dan seolah ada ‘magnit’ yang menghubungkan bathin kami, mereka langsungmenoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-2kan tangannya kearahkami. Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah sayalakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 ‘tindakan’ yangtidak pernah terpikir oleh saya. Pengalaman hari itu menunjukkan kepada sayabetapa ‘kasih sayang’ Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan ‘cerita’ iniditangan saya. Saya menyerahkan ‘paper’ saya kepada dosen saya. Dan keesokanharinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas,ia melihat kepada saya dan berkata, “Bolehkah saya membagikan ceritamu inikepada yang lain?” dengan senang hati saya mengiyakan. Ketika akan memulaikuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Iamulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen,dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sangdosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruangkuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian ituberlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat sayadiantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanyadengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya .
“Tersenyumlah dengan ‘HATImu’, dan kau akan mengetahui betapa ‘dahsyat’dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu.”

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah ‘menggunakan’ diri saya untuk menyentuhorang-orang yang ada di McDonald’s, suamiku, anakku, guruku, dan setiapsiswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Sayalulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangkukuliah manapun, yaitu: “PENERIMAAN TANPA SYARAT.”
Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi olehpara pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknaicerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAISESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, danbukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKANSESAMA!
Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskancerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada ‘malaikat’ yang akanmenyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerakhatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedangmembutuhkan uluran tangannya!

Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi darikehidupanmu, tetapi hanya ’sahabat yang bijak’ yang akan meninggalkan JEJAKdi dalam hatimu.Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untukberinteraksi dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang kehilangan uang,akan kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebihbanyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya!Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka,tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka, hewan itutetap harus BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya.

Orang-orang muda yang ‘cantik’ adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orangtua yang ‘cantik’ adalah hasil karya seni. Belajarlah dari PENGALAMANMEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa mendapatkansemua itu dari pengalaman dirimu sendiri